Inilah Contoh Teks Khutbah Idul Fitri 2024 Dilengkapi dengan Link Download Naskahnya, Klik di Sini

- 8 April 2024, 15:14 WIB
Ilustrasi, Inilah Contoh Teks Khutbah Idul Fitri 2024 Dilengkapi dengan Link Download Naskahnya, Klik di Sini
Ilustrasi, Inilah Contoh Teks Khutbah Idul Fitri 2024 Dilengkapi dengan Link Download Naskahnya, Klik di Sini /Alena Darmel/pexels

Baca Juga: Ada Pilbup Bandung, Ini Dia Daftar 18 Kabupaten di Jawa Barat yang Akan Gelar Pilkada 2024

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Ayat ini menjelaskan kesucian asal manusia sebelum ia tercemar oleh noda dosa. Dari ayat
di atas, kita memahami bahwa potensi primer manusia adalah fitrah, yaitu suatu kecenderungan
alami manusia untuk memihak pada kebenaran. Manusia merasa tenteram apabila mendapatkan
kebenaran itu. Sebaliknya, semakin jauh dari kebenaran, maka hati manusia akan dipenuhi
dengan perasaan gundah dan gelisah.

Baca Juga: Jadwal Penyelenggaraan Pilbup Bandung 2024, Kapan Nyoblosnya? Cek Tanggalnya Berikut Ini

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa:
“Kebajikan ialah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang. Sedangkan dosa ialah sesuatu
yang terasa tak karuan dalam hati dan menyesakkan dada” (HR Ahmad).
Seperti halnya system imunitas bagi tubuh, fitrah sesungguhnya adalah system pertahanan
untuk memelihara ruhani manusia agar selalu berada dalam koridor ilahi. Ketika ia mendeteksi
adanya sesuatu yang menyalahi aturan ilahi, iapun bereaksi melawan. Maka perbuatan dosa
menyebabkan hati tidak tenang dan menyesakkan dada. Begitulah cara kerja fitrah manusia, yang
didesain sejalan dengan petunjuk Tuhan, yang tidak mungkin berubah, dan tidak akan menyalahi
system yang ditetapkan untuknya.

Baca Juga: LENGKAP! Inilah Jadwal Persiapan Pilbup Bandung 2024, Kapan Pembentukan KPPS?

Jama’ah Id yang dimuliakan Allah, begitu sempurnanya maha karya Allah SWT. dalam menciptakan manusia dengan potensi fitrahnya yang lurus, hingga Allah SWT menggambarkan manusia itu sebagai ahsani taqwim, yaitu makhluk yang diciptakan dalam mode terbaik.ٍ
لَقَد ْ خَلَقْنَا ا ْلِْنْسَان َ فِي أَحْسَن ِ تَقْوِيم
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentul yang sebaik-baiknya.
Tidak hanya fisik (jasmani), tetapi juga nafsani (psikis), dan ruhani. Lalu, Allah SWT.
segera memperingatkan bahwa dibalik kesempurnaan penciptaannya itu, manusia sangat
berpeluang untuk jatuh, terjerembab di tempat yang nista “asfala safilin”.َ

Baca Juga: Dai atau Penceramah di Pelosok Kurang Diperhatikan, Langkah Ini yang Dilakukan BMH Jabar

ثُم َّ رَدَدْنَاه ُ أَسْفَل َ سَافِلِين
Kemudian kami kembalikan dia di tempat yang serendah-rendahnya.
Penggambaran al Qur’an ini seakan mengingatkan kita kembali pada kisah Adam (nenek
moyang ummat manusia). Bagaimana dia dipersilakan hidup di surga bersama istrinya dan
menikmati apa yang berada di surga itu dengan bebas semau mereka, tetapi dipesan untuk tidak
mendekati pohon tertentu. Namun Adam melanggar ketentuan Tuhan dengan mendekati pohon
dan memetik buahnya yang terlarang. Adam pun jatuh diusir dari surga secara tidak terhormat.
Ini adalah simbolisasi dari keadaan kita semuanya. Karena kita ini adalah anak cucu Adam. Kita
semua punya potensi untuk jatuh tidak terhormat, kalau kita tidak tahu batas, tidak bisa menahan
diri. Derajat kemuliaan yang kita sandang hari ini, bila tidak kita jaga dengan hati-hati dan tidak
mawas diri dapat membawa petaka di kemudian hari.
Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa “manusia itu selain memiliki potensi primernya
yaitu fitrah, juga memiliki potensi sekunder yaitu lemah, atau dalam Bahasa al Qur’an disebut
dha’if.

Baca Juga: Maksimalkan di Hari-Hari Terakhir Ramadhan, Ini Caranya Menurut Presiden Paguyuban Asep Dunia (PAD)

وَخُلِق َ ا ْلِْنْسَان ُ ضَعِيفا
Manusia diciptakan dalam kodrat yang lemah (QS., an-Nisa: 28).
Diantara kelemahan manusia yang penting untuk kita ingat antara lain adalah “miotik”,
berpandangan pendek. Dalam Al- Quran banyak peringatan mengenai hal ini, dan yang paling
keras adalah firman Allah dalam Surah al-Qiyamah ayat 20:َ
َ كَل َّ بَل ْ تُحِبُّونالْعَاجِلَة
Sekali-kali Tidak! Bahkan (kamu manusia) lebih menginginkan sesuatu yang bersifat segera.
Karena berpandangan pendek (‘ajilah), manusia lebih mudah tergoda pada keuntungan
yang bersifat segera atau sesaat, dan tidak melihat akibat perbuatannya itu dalam jangka panjang.

Halaman:

Editor: Kinanti Putri Rudiana

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah