Waspada! Penyakit Hati Ini Disebut Syirik Kecil dan Bisa Hancurkan Pahala Puasa, Ini Penuturan Dede Supriatna

- 11 Maret 2024, 06:34 WIB
Dede Supriatna, Pensiunan dan alumni TKM Assyakur Lingga
Dede Supriatna, Pensiunan dan alumni TKM Assyakur Lingga /Istimewa /

JURNAL SOREANG- Kaum Muslimin Indonesia sedang bersiap melaksanakan puasa Ramadhan. Bahkan pada hari ini, Senin 11 Maret 2024, sudah ada yang berpuasa.

Namun waspada serangan penyakit hati bernama Riya yang mampu menghancurkan pahala puasa.

Riya dalam kamus istilah Islam yakni melakukan suatu ibadah atau amal dengan cara tertentu supaya diperhatikan dan dipuji orang lain .  Riya termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT .

 

Dalam arti lain  Riya adalah memamerkan amal, ibadah atau prestasi kita kepada orang lain dengan tujuan mendapat pujian dan penghargaan darinya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Adapun amal perbuatan yang diridhai Allah SWT ialah yang diniatkan kepada Allah semata, dikerjakan dengan ikhlas sesuai dengan kemampuan, tidak pilih kasih, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Sementara ibadah yang tidak akan diterima oleh Allah merupakan  amal ibadah yang dikerjakan dengan niat bukan kepada Allah, tidak ikhlas karena ingin mendapat imbalan (bisa berupa pujian atau penghargaan), serta mengada-ada.

Baca Juga: Jangan Disepelekan! 4 Kebiasaan Ini Akan Menghambat Rezeki Datang, Salah Satunya Riya Atau Suka Pamer

Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (Q. S. Al-Baqarah : 264). 

Riya ini adalah perbuatan hati yang tercela, bahkan riya itu dianggap sebagai  syirik kecil . Allah SWT berfirman yang artinya; “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dizkir kepada Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An-Nisa’ : 142).

Seperti disampaikan tadi perbuatan riya’ termasuk ke dalam syirik kecil sehingga dilarang oleh agama Islam dan hukumnya adalah haram.

 

Dari sinilah berangkat pemahaman tentang sikap riya’ sebagai syirik kecil, karena seorang hamba justru tidak benar-benar beribadah kepada Allah, tapi ada yang dituju selain-Nya. Riya tidak dianggap sama dengan menyekutukan Tuhan atau beribadah kepada selain Allah.

 Ada beberapa  riwayat yang menyatakan bahwa Allah akan mencabut pahala dari amal baik seorang hamba, jika dilakukan dengan perasaan riya atau pamer.  

Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.”

Baca Juga: MUTIARA HIKMAH: Ibnul Qayyim: Keikhlasan Tidak Akan Bersatu dengan Riya, Mengapa?

Berkaitan dengan niat di dalam hati seseorang yang merupakan awal daripada setiap perbuatan yang menyebabkan tidak adanya rasa ikhlas. Dalam sebuah hadist yang artinya; “Aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar; ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; ‘Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan.” (H. R. Bukhari Muslim). 

 Selanjutnya daripada niat di dalam hati tadi, yakni menunjukkan segala tindak perbuatan atau ibadah dihadapan orang lain dengan tujuan untuk diperhatikan dan mendapat pujian. 

da beberapa ciri  yang merupakan akar daripada perbuatan riya’ yakni: Penceramah atau Da’I mengupload kegiatan ceramahnya di medsos agar orang atau rekannya tahu dan salut atas syiar Islamnya.

 

Contoh lain serius dan giat bekerja ketika mendapat pujian, dan sebaliknya, akan malas jika tidak ada yang memerhatikan atau tidak ada yang memberi penghargaan. Bahkan cenderung melepas tanggung jawab atas pekerjaan tersebut apabila ada orang lain yang mencela.

Pada  saat bekerja kelompok akan sangat bersemangat dan profesional, namun menjadi sangat malas saat mengerjakan sesuatu sendirian. Ketika berada dihadapan banyak orang akan selalu mawas diri daripada perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Sebaliknya, saat orang lain tidak melihat maka akan melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela.           

Selanjunya ada firman Allah SWT yang artinya; “Dan apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya’ di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An Nisa ayat 142). 

 

Pada dasarnya, perbuatan riya’ itulah adalah didasarkan daripada niatnya dalam mengerjakan amal ibadah yang ditujukan kepada selain Allah SWT. Oleh karena niat, orang lain tidak akan tahu bahwa apa yang dikerjakan itu tujuannya adalah untuk mendapat pujian.

Oleh sebab itu, baiknya mengenali beberapa perkara yang kebanyakan dikira riya’ dan syirik, padahal bukan. Misalnya tidak dengan sengaja mendapat pujian dari orang lain atas perbuatan baik yang dilakukan. Dari Abu Dzar: “Ditanyakan kepada Rasulullah SAW. Beritakan kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda: “itu adalah kabar gembira yang segera bagi seorang mukmin.” (H. R. Muslim).

Contoh lain Ibadah yang dilakukan dengan giat tidak hanya dihadapan orang lain tapi juga saat sendirian. Membaguskan pakaian bukan untuk pamer atau ingin dipuji melainkan karena Allah SWT menyukai keindahan.

Baca Juga: KULTUM RAMADHAN: Waspada! Mengenal Macam-macam Syirik Besar, Apa Saja?

Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Nabi Muhammada SAW bersabda yang artinya;“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”.

Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (H. R. Muslim). 

Sekarang bagaimana agar terbebas dari perbuatan  Riya. Dengan cara  berdoa kepada Allah SWT agar dihindarkan daripada sifat riya’.Sebisa mungkin menyembunyikan segala macam bentuk ibadah dan amalan.

 

Menumbuhkan semangat beribadah dengan cara memandang kecil kepada amalan-amalan yang sering kita lakukan. Menumbuhkan  rasa takut bahwasanya ibadah akan ditolak jika tidak dikerjakan dengan ikhlas hanya kepada Allah SWT.

Selanjutnya jangan terpengaruh orang lain dan sadar  bahwa sebaik-baiknya pujian adalah kebaikan di hadapan Allah SWT.***

Penulis, Pensiunan BRI dan alumni Takhasus Kulliyatul Muballighin (TKM) Assyakur Lingga

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah