Ia menambahkan, sepanjang sejarah penelitian, tikus sering dijadikan “animal model” untuk penelitian di berbagai universitas di dunia. Faktanya, banyak ilmuwan pemenang Hadiah Nobel menggunakan tikus sebagai hewan model untuk penelitian mereka. Tak heran jika kini banyak perusahaan yang menawarkan penangkaran tikus transgenik.
Selain itu, banyak informasi yang tersebar di Internet tentang tikus transgenik yang dapat digunakan untuk penelitian penyakit yang dapat menular ke manusia.
Baca Juga: WEL-1 RI-X Pesawat Pertama Buatan Anak Bangsa pada Tahun 1948
Salah satu bentuk penelitian terkait penyakit manusia yang menggunakan model hewan berupa tikus adalah penelitian terkait malaria.
“Parasit yang paling sering menginfeksi manusia dengan malaria adalah Vivax dan Falciparum,” jelas dr. Fifi Ia menambahkan bahaya dari "spesies Falciparum" yaitu kecepatan reproduksinya dan menyebar ke berbagai organ tubuh manusia, termasuk otak melalui aliran darah.
Efek terburuk dari penyebarannya adalah menyebabkan koma pada manusia. Sementara itu, spesies Vivax menginfeksi sel darah merah yang masih berkembang atau bisa disebut retikulosit.
Baca Juga: Dokter UGM Ciptakan Aplikasi Penolong Kasus Henti Jantung