JURNAL SOREANG- Dunia hiburan Indonesia akhir-akhir ini dihebohkan dengan adanya dugaan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Artis Rizky Billar kepada istrinya penyanyi dangdut, Lesti Kejora.
Selain dipicu KDRT, dugaan lainnya adalah masalah perselingkuhan yang dilakukan Rizky Billar.
Padahal, kedua pasangan muda itu sudah dikaruniai seorang anak yang kerap dipanggil Baby L.
Baca Juga: Disebut Jilat Ludah? Suami Lesti, Rizky Billar Dulu Berkata: Selingkuh Itu Murah
Psikolog Kasandra Putranto menyatakan, penyebab adanya perselingkuhan biasanya disebabkan oleh beberapa faktor.
1. faktor pelaku.
"Mereka memiliki profil yang khas dengan kebutuhan lebih dalam hal emosional, seksual, finansial dan lain lain, sehingga mereka mencari hubungan di luar hubungan resmi mereka," katanya.
2. Penyebab perselingkuhan juga dari pasangan pelaku.
Mereka biasanya punya profil psikologis khas pula yang memberikan alasan bagi pelaku untuk membenarkan perilaku selingkuh mereka.
Bisa jadi ini menyangkut fisik, emosi, perhatian, pendidikan, atau perilaku.
3. Perselingkuhan juga bisa muncul akibat tekanan lingkungan, seperti teman atau keluarga.
4. faktor teknologi informasi dengan akses semakin mudah, luas dan cepat juga bisa menyebabkan perselingkuhan.
Dunia internet dan ponsel bisa menghubungkan jutaan manusia dari seluruh penjuru dunia sehingga bisa jadi ada dampak negatif berupa selingkuh.
"Perselingkuhan yang terjadi di antara pasangan suami istri seharusnya tidak boleh melibatkan anak," kata psikolog Kasandra Putranto.
Dalam kacamata Kasandra, dampak yang dirasakan oleh anak yang terpapar perselingkuhan bisa bervariasi.
Dampak selingkuh orangtua kepada anak tergantung dari usia dan kualitas mental anak, kondisi konflik perselingkuhan dan intervensi.
"Umumnya anak-anak korban perselingkuhan memiliki ciri khas CEN (Childhood Emotional Negligence) karena orangtua sibuk selingkuh dan berantem, jadi kebutuhan emosional anak tidak cukup terpenuhi," kata Kasandra dilansir dari Antara.
Dilansir Good Therapy, ciri-ciri CEN yang bisa muncul saat dewasa bisa meliputi rasa kurang percaya diri, merasa hampa, merasa ada yang hilang tapi tak tahu apa atau merasa kebal dari suatu perasaan.
Kasandra menyarankan untuk tidak mengumbar drama keluarga secara berlebihan agar tidak menimbulkan trauma pada anak.***