JURNAL SOREANG – Insya Allah pada Ahad 10 Juli 2022 yang juga bertepatan 10 Dzulhijjah 1443H.
Umat islam akan melaksanakan sholat Idul adha atau biasa disebut lebaran Qurban, atau lebran Haji.
Banyak peristiwa terjadi dibulan Dzulhijjah ini salah satunya umat islam menunaikan Haji itu sebab bulan ini menjadi bulan.
Baca Juga: IDUL ADHA 2022: Bagaimana Hukum Berqurban dari Hasil Utang? Berikut Uraiannya
Idul Fitri dan Idul Adha datang sekali dalam satu tahun. Keduanya adalah hari besar Islam dengan fadlilah yang berbeda. Masing-masing memiliki keutamaannya sendiri dan juga memiliki kesunahan yang berbeda.
Ibadah sunah tahunan ini mempunyai ciri khas masing-masing, hari raya Idul Fitri misalnya ditengarai dengan saling bermaaf-maafan, berkunjung ke sanak famili dan para kerabat.
Berbeda dengan hari raya Idul Adha yang dikenal dengan hari raya kurban atau hari raya haji, karena pada hari itu kegiatan kurban dan ibadah haji dilaksanakan.
Sebagai ibadah tahunan, maka hendaknya dilaksanakan sesempurna mungkin dengan menjalankan semua amalan sunah pada hari tersebut. Niatnya tulus dan mengharap pahala dari Allah SWT.
Berikut kesunahan yang dianjurkan oleh para ulama selama Idul Adha.
1.Mengumandangkan Takbir
Mengumandangkan takbir di masjid-masjid, mushala dan rumah-rumah pada malam hari raya. Dimulai dari terbenamnya matahari sampai imam naik ke mimbar untuk berkhutbah pada hari raya Idul Adha dan sampai hari terakhir tanggal 13 Dzulhijjah pada hari tasyriq.
Karenanya, pada malam tersebut dianjurkan mengagungkan, memuliakan dan menghidupkannnya. Anjuran ini sebagaimana terdapat dalam kitab Raudlatut Thalibin:
"Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah."
Sebagian ulama ahli fiqih ada yang memberi keterangan tentang beribadah di malam hari raya, yaitu dengan melaksanakan shalat maghrib dan isya berjamaah, sampai dengan melaksanakan shalat subuh berjamaah.
2.Mandi Sebelum Sholat Id
Hal ini boleh dilakukan mulai pertengahan malam, sebelum waktu subuh, dan yang lebih utama adalah sesudah waktu subuh.
Seperti tercantum dalam hadist berikut
“Disunahkan mandi untuk shalat id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, ata pertengahan malam.”
Kesunahan mandi adalah untuk semua kaum muslimin, laki-laki maupun perempuan, baik yang akan akan berangkat melaksanakan shalat id maupun bagi perempuan yang sedang udzur syar’i sehingga tidak bisa melaksanakan shalat id.
Baca Juga: IDUL ADHA 2022: Bagaimana Hukum Berqurban dari Hasil Utang? Berikut Uraiannya
3.di Sunnahkan memakai wewangian
sunahkan memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau-bau yang tidak enak. Hal itu untuk memperoleh keutamaan hari raya.
Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab terdapat keterangan mengenai amalan sunah ini:
“Disunahkan pada hari raya id membersihkan anggota badan dengn memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak. Karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunahkan juga memakai wangi-wangian.”
4.Memakai pakaian yang paling baik
Memakai pakaian yang paling lagi bersih dan suci jika memilikinya. Jika tidak ada, maka cukup memakai pakaian yang bersih dan suci.
Akan tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa yang paling utama adalah memakai pakaian yang putih dan mengenakan serban.
Berkaitan dengan memakai pakaian putih, ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki yang hendak mengikuti jamaah shalat id maupun yang tidak mengikutinya.
Semisal satpam atau seseorang yang bertugas menjaga keamanan lingkungan, anjurannya ini tidak terkhususkan bagi yang hendak berangkat shalat saja, melainkan kepada semuanya.
Sedangkan untuk kaum perempuan, maka cukuplah memakai pakaian yang sederhana atau pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari, karena berdandan dan berpakaian secara berlebihan hukumnya makruh.
Begitu juga menggunakan wangi-wangian secara berlebihan.
Dalam kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan:
“Disunahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.”
Sabda Nabi SAW berikut memberi penjelasan tentang memakai pakaian yang paling baik. Bahwa riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas RA:
"Rasulullah SAW di hari raya id memakai burda hibarah (pakaian yang indah berasal dari Yaman)."
5.Berjakan kaki menuju temoat Shilat Id
Ketika berjalan menuju ke masjid atau pun tempat shalat id hendaklah berjalan kaki karena hal itu lebih utama.
Sedangkan untuk para orang yang telah berumur dan orang yang tidak mampu berjalan, maka boleh saja berangkat dengan menggunakan kendaraan.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW riwayat dari Ibnu Umar:
“Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat id dengan berjalan kaki, begitu pun ketika pulang tempat shalat id.”
Selain itu dianjurkan juga berangkat lebih awal supaya mendapatkan shaf atau barisan depan. Sembari menunggu shalat id dilaksanakan bisa bertakbir secara bersama di masjid dengan jamaah yang telah hadir.
Imam Nawawi dalam kitabnya Raudlatut Thalibin menerangkan anjuran tersebut:
“ Bagi yang hendak melaksanakan shalat id disunahkan berangkat dengan berjalan kaki. Sedangkan untuk orang yang telah lanjut usia atau tidak mampu berjalan maka boleh ia menggunakan kendaraan. Disunahkan juga berangkat lebih awal untuk shalat id setelah selesai mengerjakan shalat subuh, untuk mendapatkan shaf atau barisan depan sembari menunggu dilaksanakannya shalat.”
Baca Juga: NAIK HAJI 2022: Mengenal Raudhah, Salah Satu Tempat yang Paling Mustajab untuk Berdoa
6.Makan Setelah sholat Id
Berbeda dengan hari raya Idul Fitri yang disunnahkan makan sebelum berangkat sholat Id untuk hari raya Idul Adha disunahkan makan setelah selesai melaksanakan shalat id.
Pada masa Nabi SAW, makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil, entah itu satu biji, tiga biji ataupun lima biji.
Karena makanan pokok orang Arab adalah kurma. Jika di Indonesia makanan pokok adalah nasi, akan tetapi jika memiliki kurma maka hal itu lebih utama.
Nabi SAW Bersabda :
“Diriwayatkan dari sahabat Buraidah RA, bahwa Nabi SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari raya Idul Adha sehingga beliau kembali ke rumah.”
Diriwayatkan juga dari sahabat Anas RA:
“Rasulullah SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan beberapa kurma yang jumlahnya ganjil.”
Itulah enam anjuran atau amalan yang disunnahkan ketika hendak melaksanakan sholat idul adha.***