Network
JURNAL SOREANG – Salah satu ibadah yang mudah dilakukan namun bernilai pahala jika diniatkan karena Allah, dan disalurkan kepada orang yang tepat adalah berjima’ atau berhubungan badan suami istri.
Dilansir Jurnal Soreang dari kanal Youtube Sang Pendoa, ada waktu-waktu tertentu yang sangat dianjurkan bagi suami untuk menggauli istrinya.
Ada keadaan di mana seorang suami dianjurkan mendatangi istrinya. Keadaan itu adalah ketika suami tidak sengaja melihat wanita dan ia terpikat dengannya.
Baca Juga: 2 Pahala Berhubungan di Hari Jumat Bagi Pasangan Suami Istri
Baca Juga: Hukum Suami Minum Susu Istri Dalam Islam, Apakah Diperbolehkan?
Anjuran ini berdasarkan hadis dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya:
“Bila kamu melihat seorang wanita (terpikat), datangilah istrimu, karena yang demikian itu dapat menenteramkan gejolak hatimu,” (Shahih Muslim).
Mengenai waktu khusus berisi anjuran melakukan hubungan badan suami istri, tidak ditemukan adanya dalil yang menjelaskan hal tersebut.
Namun terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan bagaimana kebiasaan orang soleh masa silam dalam memilih waktu untuk berhubungan badan. Berikut diantaranya:
Baca Juga: 5 Makanan untuk Menunjang Kualitas Sperma, Salah Satunya Adalah Pisang
- Tiga Waktu Aurat
Tiga waktu aurat adalah sebelum subuh, siang hari waktu dzuhur, dan setelah Isya. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig (dewasa) di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga kali (kesempatan) yaitu, sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan setelah salat Isya. (Itulah) tiga aurat (waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga waktu) itu; mereka keluar masuk melayani kamu, sebagian kamu atas sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana,” (QS An-Nur: 58).
Allah SWT sebut tiga waktu itu sebagai waktu aurat, karena umumnya mereka sedang membuka aurat di tiga waktu tersebut.
Baca Juga: 8 Tanda Seorang Pria Benar-benar Mencintaimu, Salah Satunya Selalu Ingin Menghabiskan Waktu Bersama
- Setelah Tahajud
Rasulullah SAW memiliki kebiasaan tidur di awal malam, untuk bisa bangun di pertengahan atau sepertiga malam terakhir, melakukan shalat tahajud.
Aisyah menceritakan, Rasulullah SAW mendekati istrinya setelah tahajud. Dari al-Aswad bin Yazid, bahwa beliau pernah bertanya kepada Aisyah tentang kebiasaan shalat malamnya Rasulullah SAW.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di awal malam, kemudian bangun tahajud. Jika sudah memasuki waktu sahur, beliau shalat witir. Kemudian kembali ke tempat tidur. Jika beliau ada keinginan, beliau mendatangi istrinya. Apabila beliau mendengar adzan, beliau langsung bangun. Jika dalam kondisi junub, beliau mandi besar. Jika tidak junub, beliau hanya berwudhu kemudian keluar menuju shalat jamaah.” (HR. an-Nasai 1680 dan dishahihkan al-Albani).
Baca Juga: Bagaimana Hukum Pria Beristri Mengaku Bujang Saat Menikah?
Semua keterangan di atas hanya menyebutkan kebiasaan mereka, dan semata hanya tradisi.
Tradisi yang terkait adat atau kebutuhan fisik seseorang, tidak bisa dijadikan acuan bahwa itu sunah atau dianjurkan.
Kesimpulannya, dalam masalah waktu berhubungan badan ini tidak ada acuan yang baku.
Sehingga dikembalikan kepada kebutuhan dan kebiasaan masyarakat. Wallahu a’lam.***
