Mengapa Sih Hanya Bulan Februari yang Dipilih untuk Mendapatkan Hari Ekstra pada Tahun Kabisat?

28 Februari 2024, 16:10 WIB
Ilustrasi Tahun Kabisat. /Pixabay

 



JURNAL SOREANG - Sistem penanggalan yang kita gunakan saat ini memiliki banyak aspek menarik, salah satunya adalah tahun kabisat. Tahun kabisat adalah tahun yang memiliki satu hari ekstra, dan bulan Februari yang dipilih sebagai bulan yang mendapatkan hari ekstra tersebut.

Namun, mengapa bulan Februari yang dipilih? Apa alasan di balik keputusan ini?

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah dan alasan mengapa bulan Februari menjadi bulan yang dipilih untuk mendapatkan hari ekstra pada tahun kabisat.

Baca Juga: Perlu Pelayanan PLN dengan Cara Mudah dan Cepat? Kini Cukup Melalui Aplikasi PLN Mobile

Sejarah Penanggalan Romawi Kuno:

Untuk memahami mengapa bulan Februari dipilih, kita perlu melihat ke belakang sejarah penanggalan. Sistem penanggalan yang digunakan oleh bangsa Romawi kuno memiliki tahun yang terdiri dari 12 bulan.

Namun, pada saat itu, penanggalan masih tidak sempurna dan tidak sesuai dengan siklus tahunan Matahari yang sebenarnya. Untuk menyelaraskan penanggalan dengan siklus tahunan, Romawi memutuskan untuk menambahkan hari ekstra setiap empat tahun sekali.

 Baca Juga: Perwakilan Bank Dunia: Program Makan Siang Gratis Harus Direncanakan Matang

Bulan Februari sebagai Bulan Terakhir:

Dalam sistem penanggalan Romawi kuno, bulan Februari dianggap sebagai bulan terakhir dalam setahun. Pada saat itu, Februari memiliki 28 hari, sedangkan bulan-bulan lainnya memiliki 30 atau 31 hari.

Dengan menambahkan satu hari ekstra pada bulan Februari setiap empat tahun sekali, penanggalan dapat diselaraskan dengan siklus tahunan Matahari yang sebenarnya. Selain itu, Februari memiliki jumlah hari yang relatif sedikit dibandingkan bulan-bulan lain, sehingga penambahan satu hari tidak akan mengganggu struktur penanggalan secara signifikan.

 Baca Juga: Mau Beras Murah? Dispakan Kabupaten Bandung Sediakan Beras Murah di 8 Titik Ini, Cek Jadwal dan Lokasinya

Asal Usul Nama "Februari":

Tidak hanya itu, asal usul nama "Februari" juga memberikan alasan mengapa bulan ini dipilih. Nama bulan Februari berasal dari dewa Romawi bernama Februus, yang merupakan dewa pembersihan dan penyucian.

Bulan Februari dianggap sebagai bulan yang paling cocok untuk melakukan ritual pembersihan dan penyucian. Dengan menambahkan hari ekstra pada bulan Februari, Romawi kuno percaya bahwa mereka dapat memperkuat makna dan kekuatan ritual ini.

 

Pengadopsian oleh Kalender Gregorian:

Sistem penanggalan Romawi kuno kemudian diadopsi oleh kalender Gregorian yang digunakan saat ini. Kalender Gregorian mengatur aturan tahun kabisat yang lebih terperinci. Menurut aturan ini, tahun kabisat terjadi setiap empat tahun, kecuali dalam tahun yang habis dibagi dengan 100 tetapi tidak habis dibagi dengan 400. Dengan aturan ini, penyesuaian penanggalan dengan siklus tahunan Matahari menjadi lebih akurat.

Baca Juga: Blue Archive The Animation: Trailer Karakter Baru Mengenalkan Nonomi Izayoi

Mengapa bulan Februari dipilih untuk mendapatkan hari ekstra pada tahun kabisat? Sejarah penanggalan Romawi kuno dan asal usul nama "Februari" memberikan alasan yang menarik. Dengan menambahkan hari ekstra pada bulan Februari, penanggalan dapat diselaraskan dengan siklus tahunan Matahari yang sebenarnya.

Selain itu, ritual pembersihan dan penyucian yang dilakukan pada bulan Februari juga memberikan makna yang lebih dalam. Dalam kalender Gregorian yang kita gunakan saat ini, aturan tahun kabisat yang lebih terperinci juga memastikan penyesuaian penanggalan yang lebih akurat. Bulan Februari, dengan segala keunikan dan maknanya, terus menjadi bulan yang dipilih untuk mendapatkan hari ekstra pada tahun kabisat.***

 

Editor: Josa Tambunan

Tags

Terkini

Terpopuler