Para Ahli Temukan Alasan Perbedaan Fauna di Asia dan Australia, Apa Saja?

11 Juli 2023, 20:25 WIB
Uniknya, terdapat beberapa spesies hewan yang memilih untuk hidup pada wilayah tertentu seperti kangguru di Australia /fresherlive/

JURNAL SOREANG - Dunia yang luas menjadikan banyak sekali fauna tersebar di tiap benua. Uniknya, terdapat beberapa spesies hewan yang memilih untuk hidup pada wilayah tertentu.

Sebagai contoh, spesies marsupial seperti koala dan kanguru memilih hidup di daerah Australia dan di Sulawesi.

Meskipun berkunjung ke Kalimantan yang relatif dekat dengan Sulawesi, kita tidak akan menemukan hewan marsupial yang asli hidup di sana.

Begitu juga dengan mamalia yang biasa ditemukan di Asia, seperti beruang, harimau, dan badak. Saat berkunjung ke Australia, lazimnya tidak ditemukan spesies ini.

Baca Juga: Terkenal Kaya Flora dan Fauna di Provinsi Jambi, 3 Desa Wisata Tebo Jambi Ini Raih ADWI

Lantas, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Yuk kita simak informasinya.

Persebaran Fauna Asia dan Australia Ditandai oleh Garis Wallace

Perbedaan drastis komposisi hewan di berbagai daerah ini menyebabkan naturalis Inggris sekaligus salah satu penemu teori evolusi.

Alfred Russel Wallace melakukan perjalanan melintasi pulau-pulau Indonesia dan Australian sepanjang 1854 hingga 1862. Selama itu, ia mengumpulkan data hewan dan tumbuhan.

Perjalanan Wallace membantunya melihat garis biogeografi tak kasat mata antara Bali dan Lombok, serta Kalimantan dan Sulawesi. Garis ini juga turut menandai penyebaran fauna di Australia dan Asia.

Baca Juga: Perlu Diketahui! Keunikan Negara Amerika Yang Ditemukan Christoper Columbus, Mulai Iklim, Flora dan Fauna

Sayangnya, penjelasan akan pola distribusi fauna dalam keberagaman makhluk hidup sepanjang garis Wallace belum diketahui.

Namun, terdapat sebuah penjelasan yang mengaitkan penyebaran fauna dengan lempeng tektonik, seperti yang dilansir dari laman Science Daily.

Diketahui, 45 juta tahun yang lalu, Lempeng Australia mulai bergerak ke arah utara dan tergelincir di bawah Lempeng Eurasia yang besar. Fenomena ini ternyata dapat mendekatkan kedua benua yang sebelumnya telah terpisah jauh.

Selain itu, gerakan tektonik juga menyebabkan terbentuknya pulau-pulau vulkanik yang tak terhitung jumlahnya di antara kedua benua tersebut.

Baca Juga: Hasil Sidak Bupati Sleman : Belum Ada Temuan Cacing Hati pada Hewan Kurban

Kehadiran pulau-pulau vulkanik itu diperkirakan membantu hewan dan tumbuhan sebagai batu loncatan untuk berpindah dari timur ke barat.

"Ini menunjukkan bahwa kita hanya dapat memahami pola distribusi keanekaragaman hayati saat ini, jika kita memasukkan perkembangan geologis dan kondisi iklim masa prasejarah ke dalam pertimbangan kita," jelas peneliti Loic Pellissier dari ETH Zurich.

Penyebaran Fauna Juga Dipengaruhi Iklim

Namun berdasarkan sebaran hewan, lebih banyak spesies dari Asia yang mencapai Australia ketimbang sebaliknya. Spesies Asia yang dapat dijumpai di Australia antara lain ular berbisa, kadal berduri (Moloch horridus), dan tikus melompat (Notomys sp).

Baca Juga: Waspada! Bencana yang Naik Drastis Akibat Perubahan Iklim, Presiden: Masyarakat Harus Disiapkan

Kondisi ini menyebabkan para peneliti yang dipimpin oleh Loic Pellissier, Profesor Ekosistem dan Evolusi Lanskap di ETH Zurich membuat model penelitian yang menggabungkan rekonstruksi iklim, serta pergeseran lempeng antara 30 juta tahun yang lalu dan saat ini.

Selain itu, peneliti juga mengumpulkan data komprehensif dari sekitar 20.000 burung, mamalia, reptil, dan amfibi yang saat ini tersebar di antara Australia dan Asia.

Penelitian tersebut mendapati bahwa adaptasi terhadap iklim di daerah asal menjadi salah satu penyebab atas distribusi yang tidak merata dari fauna Asia dan Australia di kedua sisi garis Wallace.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan, para peneliti menemukan bahwa hewan yang berasal Asia cenderung akan 'melompat' melintasi pulau-pulau di Indonesia yang pada akhirnya mencapai Papua Nugini dan utara Australia.

Baca Juga: Menciptakan Iklim Pembelajaran Menyenangkan, Begini Cara Pemerintah dan Japan Foundation

Iklim lembab tropis di kepulauan Indonesia, Papua Nugini, dan utara Australia merupakan kondisi yang nyaman dan sudah diadaptasi hewan-hewan. Sayangnya, Australia memiliki iklim lebih dingin yang semakin kering dari waktu ke waktu. Hal itu menyebabkan para hewan dari Australia kurang berhasil bertahan hidup di pulau-pulau tropis Indonesia.

Adapun iklim Asia ternyata mendukung perpindahan fauna untuk mencapai Australia melalui pulau-pulau tropis yang dikenal sebagai wilayah Wallacea. Namun, perpindahan mencapai Australia ini hanya berhasil bagi fauna yang dapat menoleransi berbagai iklim.

"Konteks sejarah sangat penting untuk memahami pola distribusi keanekaragaman hayati yang diamati saat ini dan merupakan bagian yang hilang dari teka-teki, untuk menjelaskan misteri Garis Wallace," ungkap penulis pertama Alexander Skeels, seorang peneliti pascadoktoral di grup Pellissier.

Baca Juga: Indonesia Siap Hadapi Isu Perubahan Iklim, Berikut Caranya yang Keren!

Selain itu, iklim tropis juga membuat habitat fauna memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan daya saing yang lebih tinggi. Kondisi ini memungkinkan fauna bertahan dengan situasi harus hidup bersama bersama dengan banyak spesies lainnya di satu wilayah.

Di sisi lain, pada daerah yang lebih dingin dan kering, seperti di Australia, biasanya hewan harus berevolusi untuk menyesuaikan diri dalam mengatasi kekeringan dan stres panas. Contohnya seperti aktivitas nokturnal dan penyesuaian fisiologis untuk minimalisasi kehilangan air.

Skeel berpendapat, studi ini penting untuk memahami bagaimana hewan dapat menjadi invasif di benua lain dan berisiko membahayakan flora dan fauna asli dari zaman dulu, termasuk yang disebabkan aktivitas manusia.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Science Daily

Tags

Terkini

Terpopuler