Apakah itu Gumpalan Afrika atau African Blob?

16 Maret 2022, 14:21 WIB
Apakah itu Gumpalan Afrika atau African Blob?/Oleg Magni/Pexels /Oleg Magni/Pexels/

JURNAL SOREANG - Apa itu gumpalan Afrika? Gumpalan di bawah Afrika adalah fenomena alam aneh terbaru yang membuktikan bahwa bumi merupakan hal yang misterius.

Para ilmuwan kebingungan selama bertahun-tahun oleh dua daratan besar yang hanya duduk di bawah permukaan bumi, tetapi satu gumpalan di bawah Afrika dengan sangat perlahan mulai muncul ke permukaan.

Dari Newsweek yang disadur melewati popcrush, terdapat dua massa seperti gumpalan itu ditemukan oleh para ilmuwan melalui pengamatan seismik. Berada antara 400 dan 1.600 mil di bawah permukaan di mantel (lapisan yang berada di antara kerak dan inti luar) paling bawah, juga dikenal sebagai superplumes atau large low-shear-velocity provinces (provinsi kecepatan geser rendah besar) dan dilaporkan mempengaruhi proses di inti serta di mantel.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Membaca Yasin 3 Kali di Malam Nisfu Syaban? ini Jawaban Ustaz Abdul Somad (UAS)

Peneliti Mingming Li dan Qian Yuan dari Arizona State University telah mempelajari gumpalan secara ekstensif untuk mencoba dan menentukan apa itu, dengan temuan mereka dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience.

Gumpalan tersebut diduga terdiri dari kerak samudera daur ulang atau bahan kaya besi.

Menurut penelitian kedua gumpalan berbeda dalam hal kepadatan dengan superplumes Afrika tampaknya kurang padat atau kurang stabil, dibandingkan yang berada di bawah Samudra Pasifik.

Baca Juga: Mau Berhenti Akting Demi Anak-anaknya , Sandra Bullock : Tempat yang Paling Membuat Saya Bahagia

Massa yang terletak di bawah Afrika "duduk sekitar 620mil lebih tinggi dari superplumes Pasifik," menurut Newsweek. Gumpalan Afrika memiliki ketinggian maksimum sekitar "990 hingga 1.100mil," sementara rekan Pasifiknya memiliki ketinggian antara 430 dan 500mil.

Superplumes dianggap terkait dengan vulkanisme. Gumpalan Afrika yang kurang stabil diyakini menjadi alasan mengapa benua itu mengalami lebih banyak letusan supervolcano selama bertahun-tahun dibandingkan dengan Pasifik.

"Superplumes Afrika mungkin telah meningkat dalam waktu geologis baru-baru ini," kata peneliti ASU Li kepada Newsweek.

Baca Juga: Presiden Jokowi Lepas Konvoi Parade MotoGP, Masyarakat Turut Memeriahkan di Bundaran HI Jakarta

"Ini mungkin menjelaskan topografi permukaan yang meninggi dan vulkanisme yang intens di Afrika timur."

"Ketidakstabilan ini dapat memiliki banyak implikasi untuk tektonik permukaan, dan juga gempa bumi dan letusan supervolcanic," tambah Yuan.

"Kombinasi kami dari analisis hasil seismik dan pemodelan geodinamik memberikan wawasan baru tentang sifat struktur terbesar Bumi di interior dalam dan interaksinya dengan mantel di sekitarnya."

Baca Juga: BERANI! Affiliator Binary Option Ini Ungkap Vincent Raditya Tengah Diburu Bareskrim

Gumpalan ini akan memakan waktu sekitar 50-100 juta tahun untuk mencapai permukaan karena saat ini meningkat dengan kecepatan sekitar satu hingga dua sentimeter per tahun.

"Faktanya, saat Afrika naik, mungkin menjadi dingin dan padat. Bukan tidak mungkin tenggelam lagi jika sudah cukup padat," tambah Li.

Meskipun banyak penelitian berjam-jam, para ilmuwan masih terus mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang menyebabkan gumpalan misterius itu.***

Editor: Handri

Sumber: Popcrush

Tags

Terkini

Terpopuler