Biografi Bung Tomo yang Jarang Diungkap, Orator Pembakar Semangat Rakyat di pertempuran 10 November 1945

10 November 2021, 12:34 WIB
Biografi Bung Tomo yang Jarang Diungkap, Orator Pembakar Semangat Rakyat di pertempuran 10 November 1945 /

JURNAL SOREANG - Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Kampung Blauran, Surabaya.

Ayah Bung Tomo bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Sedangkan Ibu Bung Tomo berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.

Dibesarkan dari keluarga kalangan kelas menengah, ayah Bung Tomo pernah menjalani pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf karyawan swasta dan juga sebagai pegawai kecil di perusahaan ekspor-impor zaman Belanda.

Baca Juga: Kenapa Tanggal 10 November Diperingati Sebagai Hari Pahlawan? Ini Alasannya

Saat usia 12 tahun, ketika Bung Tomo terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Sekolah Menengah Pertama pada zaman pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.

Ketika itu, Bung Tomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu.

Bung Tomo juga menyelesaikan pendidikan HBS lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Di usia muda Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Bung Tomo menegaskan, filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya.

Baca Juga: Sejarah Singkat Hari Pahlawan yang Diperingati Setiap 10 November, Ini Fakta Menariknya

Di usia 17 tahun, Bung Tomo menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.

Bung Tomo memiliki minat pada dunia jurnalisme. Pada 1937, Bung Tomo pernah bekerja sebagai wartawan lepas di Harian Soeara Oemoem di Surabaya. Setahun kemudian, Bung Tomo menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat.

Pada Tahun 1939 Bung Tomo menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya.

Baca Juga: Kerajinan Amai Setia Warisan Rohana Kudus, Pahlawan Perempuan Minangkabau

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 hingga 1945, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya.

Saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, Bung Tomo memberitakannya dalam bahasa Jawa bersama wartawan senior Romo Bintarti untuk menghindari sensor Jepang.

Selanjutnya, Bung Tomo menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya. Pada 19 September 1945 sebuah insiden terjadi di Hotel Yamato, Surabaya.

Sekelompok orang Belanda memasang bendera mereka di atas Hotel Yamato. Hal tersebut membuat rakyat Indonesia di Surabaya marah.

Baca Juga: Google Doodle Hari Pahlawan 2021 Kenang Ismail Marzuki Komponis Besar Indonesia

Seorang Belanda tewas dan bendera merah-putih-biru itu diturunkan. Bagian biru dirobek, tinggal merah-putih, yang langsung dikibarkan. Pada Oktober dan November 1945, Bung Tomo menjadi salah satu pemimpin yang sangat penting, karena ia berhasil menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya.

Dikutip Jurnal Soreang dari berbagai sumber. Pada pertempuran di Surabaya, 10 November 1945, Bung Tomo tampil sebagai orator ulung di depan corong radio, membakar semangat rakyat untuk berjuang melawan tentara Inggris dan NICA-Belanda.

Bung Tomo meninggal dunia di Padang Arafah, saat sedang menunaikan ibadah haji.Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci yang harus dimakamkan di tanah suci, tapi jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air.

Baca Juga: Hari Pahlawan, Simak Makna Logo yang Mengusung Tema ‘Pahlawanku Inspirasiku’

Jenazah Bung Tomo dimakamkan bukan di Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007.

Gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008.

Baca Juga: Hari Pahlawan 2021,Menolak Lupa 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur Dalam Peristiwa G30S-PKI

Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu Muhammad Nuh pada 2 November 2008 di Jakarta.***

Editor: Sarnapi

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler