Nikmatnya Puasa Ramadhan dengan Tujuh Faedah, Ini Penjelasannya

22 April 2021, 21:49 WIB
Rifa Anggyana, pembina IRMA Jabar. /Saenapi/

JURNAL SOREANG- Dalam kitabnya, Maqaashid al-Shaum, Sulthaan al-Ulamaa Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami (w. 660 H) mengatakan paling tidak ada tujuh faedah puasa di bulan Ramadhan yang satu sama lainnya saling terkait.

"Faedah di sini adalah soal pembangunan diri baik dari sisi agama (pahala) maupun individu. Tujuh faedah tersebut adalah meninggikan derajat," kata Pembina Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Jabar, Rifa Anggyana saat dihubungi, Kamis, 22 April 2021.

Faedah kedua adalah penghapus kesalahan/dosa dengan merujuk hadis Nabi Muhammad SAW, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Baca Juga: Simak! 5 langkah Tips Olahraga Saat Puasa Menurut Ahli, Berikut Penjelasannya

"Meminta imbalan (pamrih) kepada Allah merupakan bentuk penyerahan diri, pernyataan keimanan dan menyatakan kelemahan di hadapan-Nya. Berbeda halnya dengan pamrih antar sesama manusia yang seakan-akan menunjukkan ketidaktulusan," katanya.

 Di samping itu, manusia memiliki masalahnya sendiri-sendiri, sekuat dan setegar apa pun dia, sekaya dan semampu apa pun dia, manusia tidak mungkin lepas dari persoalan hidup. "Sehingga meminta imbalan kepada mereka, sama saja dengan menambahi beban hidup mereka," ujarnya.

Faedah ketiga adalah memalingkan atau mengalahkan syahwat yang didasari oleh hadis Rasulullah, “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya.” (HR Imam Ahmad dan Imam Bukhari).

Baca Juga: Catat! Manfaat Sikat Gigi Dua Kali Sehari di Bulan Puasa, Begini Penjelasan Ahli

"Lapar dan haus di sini bukan kelaparan dan kehausan yang disebabkan oleh keadaan yang sering menimbulkan problem sosial seperti pencurian, perampokan, dan lain sebagainya. Lapar dan haus adalah puasa yang disengaja dan didasari oleh niat ibadah," ujarnya.

Faedah keempat, memperbanyak sedekah karena merasakan penderitaan orang lain. "Dia menjadi dermawan karena pernah merasakan susahnya menderita sehingga ketika melihat orang lain menderita, dia ikut merasakannya," katanya.

Faedah kelima memperbanyak dan menyempurnakan ketaatan karena orang yang berpuasa mengingatkan mereka pada lapar dan hausnya ahli neraka. "Puasa mengingatkan mereka pada kelaparan dan kehausan ahli neraka, sehingga mendorong mereka memperbanyakan ketaatan mereka kepada Allah agar tidak sampai mengalami kejadiaan itu selama-lamanya di neraka," katanya.

Baca Juga: Menjalankan Puasa Ramadhan Merupakan Rukun Puasa dan Syarat Wajib Dipenuhi Seorang Muslim, Ini Penjelasannya

Faedah keenam, bersyukur mengetahui kenikmatan tersembunyi sebab manusia sering lalai atas nikmat Tuhan yang mengelilinginya sehari-hari seperti udara, nafas, gerak dan lain sebagainya.

"Menurut Imam Izzuddin al-Sulami, puasa dapat mengembalikan ingatan itu dan membuat mereka mensyukurinya. Kelalaian akan segala nikmat Allah harus diuji agar kembali dikenali. Ujian itu bisa dihadirkan tanpa disengaja dan dengan disengaja," katanya.

Ujian tanpa disengaja adalah ujian yang langsung dari Allah, contohnya sakit gigi (langsung dari Allah), sehingga penderitanya mengetahui nikmatnya sehat. "Ujian dengan disengaja adalah ujian yang sengaja oleh pelakunya sebagai bentuk riyadlah (olah diri), contohnya berpuasa, sehingga pelakunya semakin mengenali nikmatnya kenyang dan hilangnya rasa haus," katanya.

Baca Juga: 27 Imam Indonesia Lulus Seleksi dan Akan Bertugas di Uni Emirat Arab

Sedangkan faedah terakhir adalah mencegah keinginan bermaksiat dan berlawanan. "Puasa merupakan ibadah yang memiliki cakupan waktu yang cukup panjang, dari mulai fajar hingga terbenamnya matahari. Dengan demikian, puasa bisa menjadi pencegah efektif untuk manusia dari melakukan perbuatan jahat," katanya.

Ketika seorang hendak melakukan sesuatu, dia teringat bahwa dirinya sedang berpuasa, atau puasanya telah mengingatkan dirinya agar tidak melakukannya.

"Jika dia tetap melakukan maksiat, maka  dia telah menghilangkan keberkahan puasanya sekaligus melanggar janjinya kepada Tuhan setelah mengikrarkan niatnya untuk berpuasa," ujarnya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler