Tarawangsa: Kesenian Tradisional Masyarakat Agraris Kabupaten Sumedang

- 11 Februari 2023, 15:43 WIB
Ilustrasi Tarawangsa  Kesenian Tradisional Sumedang
Ilustrasi Tarawangsa Kesenian Tradisional Sumedang /Youtube Camerasableng/

 

JURNAL SOREANG - Tarawangsa adalah jenis kesenian masyarakat agraris tradisional yang berasal dari kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Dalam pertunjukannya, kesenian ini memiliki kekhasan dalam hal instrumen musiknya, yaitu menggunakan sebuah alat musik yang dimainkan dengan cara digesek.

Secara etimologi,Tarawangsa berasal dari tiga gabungan kata, yakni Ta – Ra – Wangsa. Ta merupakan akronim dari kata Meta berasal dari bahasa Sunda yang berarti pergerakan, lalu Ra berarti api yang agung sama dengan arti Ra dalam bahasa Mesir analogi api yang agung adalah matahari. Dan yang terakhir Wangsa sinonim dari kata Bangsa, manusia yang menempati satu wilayah dengan aturan yang mengikatnya. Sehingga Ta-Ra-Wangsa berarti kisah kehidupan bangsa matahari.

Dengan kata lain, Tarawangsa merupakan sebuah kesenian penyambutan bagi hasil panen padi. Ini disebabkan tumbuhan padi adalah tumbuhan yang sangat bergantung pada matahari yang dimana dianggap sebagai simbol rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: 4 Tradisi Peringatan Isra Miraj Sejumlah Negara di Berbagai Penjuru Dunia, Nomor 3 Paling Anti Mainstream!

Tarawangsa merupakan ensemble kordofon, atau alat musik dawai yang sumber bunyinya berupa ruang resonator, yang terdiri dari dua alat musik. Alat musik pertama dinamakan tarawangsa itu sendiri, dan dimainkan dengan cara digesek dan alat musik kedua dinamakan jentreng dimainkan dengan cara dipetik.

Bentuk alat musik Tarawangsa ini sangat memiliki perbedaan yang signifikan dengan alat musik gesek lainnya, seperti rebab. Resonator tarawangsa terbuat dari kayu berleher panjang dengan jumlah dawai antara 2 sampai 3 utas. Tarawangsa Pangguyangan ini tidak jauh berbeda dengan tarawangsa Sumedang, namun dari segi panjangnya leher, serta motif ukiran yang menghiasi bagian kepala jelas sekali berbeda. Jumlah kawat yang digunakan tarawangsa Pangguyangan berjumlah dua, tetapi setelah diselidiki lebih dekat ternyata tarawangsa Pangguyangan pada masa lalu menggunakan tiga kawat, dan itu masih terlihat dari lubang untuk pureut (pemutar kawat) nya.

Kata tarawangsa termuat dalam kitab-kitab kuno abad ke-10 yang ditemukan di Bali. Kata tarawangsa dapat ditemukan dalam literatur tersebut dengan sebutan kata lain, yakni trewasa dan trewangsah. Bahkan pada masa itu kesenian tarawangsa ini sudah hidup pada masyarakat Sunda, Jawa dan Bali. Namun seiring perkembangan jaman, kini bekas maupun artefak dari alat musik ini sudah tidak ditemukan lagi. Bahkan masyarakatnya pun sudah tidak lagi mengenal alat musik tersebut terutama di wilayah Jawa maupun Bali. Argumen tersebut muncul dari catatan Jaap Kunst dalam bukunya yang berjudul Hindu-Javanese Musical Instruments yang terbit pada tahun 1968.

Baca Juga: Seru dan Dipenuhi Plot Twist! Berikut 9 Rekomendasi Drakor Thriller yang Bikin Ketagihan Nonton

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x