JURNAL SOREANG - Belum ada sumber tertulis yang menyebutkan kapan pastinya kesenian Badawang muncul. Secarik informasi mengenai masa kemunculan awal kesenian ini setidaknya dapat dilihat dari sudut etimologis, istilah Badawang itu sendiri.
Kesenian Lingkung Seni Tumaritis atau Badawang adalah salah satu bagian dari hasil seni budaya Nasional yang tumbuh kembang di Jawa Barat. Dengan pada khususnya tersebar di daerah Kabupaten Bandung.
Lingkung Seni Tumaritis atau Badawang ini lahir, besar, dan hidup ditengah-tengah masyarakat Pedesaan yang berada di Desa Rancaekek Kulon, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Lingkung Seni Tumaritis ini didirikan oleh (ALM) Bapak E Rachmat dan (ALM) Bapak Rumsadi, yang menjabat sebagai Lurah Sekar pada tanggal 20 Mei 1961.
Kesenian Badawang biasanya diselenggarakan sebagai pengisi upacara helaran atau pentas diatas panggung upacara khitanan, acara perkawinan, pagelaran peringatan Hari Jadi Kota/Kabupaten atau Kota Besar serta acara-acara memperingati pada hari-hari besar nasional. Baik tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi maupun nasional.
Gerak tari pada Kesenian Badawang ini adalah suatu perpaduan dari pada unsur kesenian yang ada dan berkembang di Jawa Barat seperti tari Keurseus, tari Pencak Silat, tari Benjang, dan tari Ketuk Tilu.
Badawang kerap disebut juga dengan seni Memeniran. Etimologi memeniran ini sebetulnya mengacu pada kata “Meneer”. Sebuah kata yang mengingatkan kita pada masa penjajahan Belanda, yaitu kata panggilan bagi seorang tuan atau petinggi Bangsa Belanda pada masa itu yang memiliki sosok tinggi besar.