Pikiran yang mengganggu seperti ingatan yang berulang dan tidak disengaja, mimpi yang menyusahkan, atau kilas balik peristiwa traumatis. Kilas balik mungkin begitu jelas sehingga orang merasa mereka menghidupkan kembali pengalaman traumatis atau melihatnya di depan mata mereka.
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke 38, Lima Jasa Ronaldo untuk Klub dan Timnas Portugal Ini Jarang Diketahui
2. Penghindaran
Menghindari pengingat peristiwa traumatis seperti menghindari orang, tempat, aktivitas, objek, dan situasi yang dapat memicu ingatan yang menyusahkan. Orang mungkin mencoba untuk menghindari mengingat atau memikirkan peristiwa traumatis. Mereka mungkin menolak berbicara tentang apa yang terjadi atau bagaimana perasaan mereka tentang hal itu.
3. Perubahan dalam kognisi dan suasana hati
Ketidakmampuan untuk mengingat aspek-aspek penting dari peristiwa traumatis, pikiran dan perasaan negatif yang mengarah pada keyakinan yang berkelanjutan dan terdistorsi tentang diri sendiri atau orang lain (misalnya, "Saya buruk", "Tidak ada yang bisa dipercaya"). Pemikiran yang menyimpang tentang sebab atau akibat dari peristiwa yang mengarah pada kesalahan menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Kemudian ketakutan, kengerian, kemarahan, rasa bersalah atau malu yang berkelanjutan. Apalagi minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati, merasa terlepas atau terasing dari orang lain, atau tidak mampu mengalami emosi positif (kehampaan kebahagiaan atau kepuasan).
4. Perubahan gairah dan reaktivitas
Gejala gairah dan reaktif mungkin termasuk mudah tersinggung dan meledak marah. Kemudian berperilaku sembrono atau dengan cara yang merusak diri sendiri. Terlalu waspada terhadap lingkungan sekitar dengan cara yang mencurigakan, mudah terkejut, atau memiliki masalah berkonsentrasi atau tidur.