Mitos Penggunaan Inhaler yang Neredar di Masyarakat Untuk Penderita Asma

14 Januari 2022, 22:43 WIB
ilustrasi inhaler untuk penyakit asma. /Lucy/pexels.com/@lucy

JURNAL SOREANG - Bagi para penderita asma, sudah tentu tidak asing dengan inhaler.

Sebab sebagian besar selalu menyimpannya di dalam tas untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.

Penggunaan inhaler memang merupakan cara paling penting dalam pengobatan asma.

Namun beberapa orang masih percaya dengan mitos kalau inhaler dapat membuat ketagihan hingga mengandung steroid.

Berikut ini adalah mitos dan fakta tentang inhaler yang digunakan oleh penderita asma, menurut Dr. Vikas Mittal, associate director, pulmonology and sleep, Max Super Specialty Hospital, Shalimar Bagh, India, seperti dilansirkan Antara dari Indian Express, Jumat 14 Januari 2022.

Baca Juga: Kue Ini Tradisional Asli Indonesia, Melegenda dan Digemari Semua Kalangan

1. Apakah bisa membuat ketagihan?

Faktanya, asma merupakan penyakit jangka panjang yang dapat dikendalikan dengan pengobatan yang diresepkan dalam bentuk inhaler.

Asma tidak memiliki obat, dan inhaler jadi penyelamat bagi sebagian besar pasien asma.

Sebenarnya Inhaler meringankan pasien untuk jangka pendek, dan untuk jangka panjang, kadang-kadang diberikan sesuai kebutuhan hanya untuk jangka pendek ataupun diberikan secara teratur untuk membantu mengatasi kondisi Anda.

Ini seperti melanjutkan pengobatan untuk tekanan darah tinggi, diabetes, atau seperti membutuhkan kacamata untuk mata sepanjang hidup Anda.

Baca Juga: Jangan Minder! Ada Kalanya Orang Amerika Belajar Teknologi Informasi kepada Orang Indonesia, Ini Ceritanya

Karena itulah tidak benar kalau inhaler membuat ketagihan.

2. Inhaler mengandung steroid yang bisa membahayakan?

Faktanya, banyak orang mengkaitkan steroid dengan efek berbahayanya. Efek tersebut, seperti pertumbuhan terhambat, tulang lemah, dan lainnya.

Inhaler memiliki steroid dalam dosis mikrogram (µg), yaitu 1.000 kali lebih sedikit daripada dosis miligram (mg) dalam steroid oral.

Baca Juga: Cinta Mencarimu, Ada Energi dan Aktivitas, Prediksi Shio Tikus, Kerbau, Harimau, Minggu Ketiga Januari 2022

Inhaler juga diberikan langsung ke saluran napas dan tidak langsung diserap dalam tubuh hingga memiliki efek samping yang minimal dibandingkan jika diberikan dalam bentuk tablet.

Steroid merupakan bagian integral dalam meredakan gejala asma, karena asma adalah penyakit inflamasi.

Sebaliknya, jika steroid tidak digunakan untuk mencegah asma yang memburuk, ini dapat mempengaruhi pertumbuhan anak dan menyebabkan masalah jangka panjang.

3. Apakah obat oral lebih efektif daripada inhaler?

Baca Juga: Kue Jajanan Tradisional Ini Memiliki Kesamaan, Sama Manisnya dan Sama Hijaunya

Faktanya, berbagai studi dan penelitian menunjukkan, obat oral kurang efektif karena membutuhkan waktu lebih lama untuk bekerja saat serangan asma.

Berbeda dengan inhaler yang memberikan obat langsung ke saluran udara, sehingga dapat memberikan pertolongan cepat.

Dengan cara ini, kita membutuhkan dosis obat yang lebih sedikit dan efek samping yang lebih sedikit. Misalnya, tablet asthalin 2 mg setara dengan 20 isapan inhaler asthalin karena setiap isapan hanya mengandung 100 g.

4. Apakah inhaler hanya boleh digunakan untuk kasus asma parah?

Baca Juga: Guinnes Book Of Records Mencatat Hewan Terkecil di Dunia yang Memecahkan Rekor, Apa Saja Ya?

Faktanya, inhaler memiliki obat yang tidak hanya meredakan, tetapi juga mengontrol asma jangka panjang.

Asma merupakan penyakit kronis yang bertahan lama, tetapi penyakit yang sepenuhnya dapat dikendalikan, tidak dapat disembuhkan, dan jika tidak diobati, dapat menjadi parah sehingga tidak bisa dikendalikan.

Jadi inhaler yang menjadi andalan pengobatan asma, sebaiknya digunakan secara rutin agar tidak berubah menjadi asma yang parah.

5. Asma dapat disembuhkan?

Baca Juga: Pernah Jadi Bagian Indonesia, Ini Dia 5 Fakta Paling Menarik dari Timor Leste, Apa Saja? Berikut Daftarnya

Faktanya, asma merupakan kondisi jangka panjang (kronis) yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, baik dengan menggunakan inhaler atau obat lain yang direkomendasikan.

Tapi itu sepenuhnya dapat dikontrol dan pasien dapat menjalani kehidupan yang benar-benar normal.

Gejala-gejala yang disebabkan oleh asma dapat mereda dalam jangka waktu tertentu dan obat-obatan yang diperlukan pada akhirnya dapat berkurang atau berhenti, tetapi bukan berarti telah sembuh.

Untuk pasien yang asmanya dipicu setelah lama tidak minum obat, serangan asma berikutnya bisa berakibat fatal. Inilah sebabnya mengapa disarankan untuk terus minum atau menghentikan obat (inhaler) hanya atas saran dokter.***

Editor: Sam

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler