Pada tahun 2021, emisi sektor energi Indonesia mencapai sekitar 600 juta ton karbon dioksida, tertinggi kesembilan di dunia, menurut Badan Energi Internasional.
Dan populasi serta pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dari konsumsi energi negara pada tahun 2050.
Baca Juga: Masyarakat Keluhkan BBM Pertalite Boros YLKI Menduga Sebagian SPBU Curang Kurangi Takaran
"Ini adalah lingkungan yang menantang untuk melakukan perubahan saat anda memiliki pertumbuhan yang begitu besar," kata Elzinga.
"Ini berbeda dengan negara maju yang memiliki sumber daya keuangan yang signifikan dan pertumbuhan ekonomi yang rendah."
Banyak ekonomi yang lebih maju memiliki ambisi terbarukan yang lebih kuat, meskipun para peneliti mengatakan saat ini tidak ada negara yang sejalan dengan tujuan iklim global.
Baca Juga: Ramai! Pengecekan BBM Pertamina Pertalite RON 86 Seharusnya RON 90, Begini Penjelasan Pertamina
Pejabat Indonesia telah memberi isyarat bahwa mereka telah memulai perubahan. Mereka telah mengumumkan peraturan baru seputar tenaga surya, menetapkan tujuan untuk meningkatkan pangsa pasar kendaraan listrik di Indonesia menjadi 25 persen dari total penjualan kendaraan pada tahun 2030 dan telah membangun stasiun pengisian daya.
Tetapi para ahli memperingatkan bahwa Indonesia tertinggal dari rekan-rekannya di Asia Tenggara.
Indonesia mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan dari negara-negara yang lebih maju.
“Kami tidak ingin dibatasi kemampuan kami untuk tumbuh secara ekonomi,” kata Deputi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin. "Negara-negara industri dapat mendukung kami."