JURNAL SOREANG - Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Kabupaten Bandung, Yula Zulkarnain mengatakan bahwa bicara tentang sampah, bukan hanya menyangkut soal teknologi, tapi juga soal budaya atau perilaku masyarakat.
Bila dibandingkan, teknologi pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, tidak lebih penting dari perbaikan budaya perilaku masyarakatnya.
Sampah adalah produk dari perilaku budaya masyarakat. Karena itu, alangkah lebih arif jika sampah ditangani secara personal ketimbang hanya mengandalkan teknologi pengelolaan sampah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bandung.
Baca Juga: Resmi! Bek Muda Persib Bandung, Indra Mustafa Gabung Borneo FC, Berikut Fakta Lengkapnya
“Kan menumpuknya sampah yang begitu banyak itu berasal dari sekian ratus KK (kepala keluarga), orang, jiwa. Bila ditangani oleh masing-masing rumah sebetulnya sudah bisa selesai,” kata Yula Zulkarnaen kepada Jurnal Soreang, Senin 3Januari 2022.
Yula mengatakan, setiap hari warga Kabupaten Bandung menghasilkan 1.321 ton sampah dengan perhitungan per orang menghasilkan 0,4 kilogram sampah.
Untuk mengangkut beban tersebut setiap hari, Pemerintah Kabupaten Bandung merasa kewalahan, karena terbentur oleh keterbatasan jumlah armada dan jarak tempuh ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang cukup jauh.
Selain jauh, waktu operasional TPA pun kini lebih terbatas lagi. Dulu, buka sampai jam sepuluh hingga dua belas malam, kini jam enam sore sudah ditutup alias tidak melayani armada pembuangan sampah.
Baca Juga: Ini Serius! Warga Kabupaten Bandung yang Buang Sampah akan Didenda Rp5 Juta
Dengan kondisi tersebut, armada pengangkutan sampah Kabupaten Bandung kerap menginap di sekitar TPA hanya demi membuang satu truk sampah.