“Kabupaten Bandung belum punya TPA sendiri. Kerap sopir kita nginep di sana hanya untuk membuang satu truk sampah,” ujar Yula Zulkarnain.
Mengingat keterbatasan itu, maka upaya penyadaran terhadap masayarakat, yang terkait budaya perilaku itu, menjadi lebih penting dari sekedar mengandalkan pola ortodoks seperti yang selama ini terjadi.
Pola ortodoks adalah cara berpikir masyarakat tentang sampah dengan skema kumpul, angkut, buang. Pola ini dipandang buruk karena membuat masyarakat pasif dalam pengelolaan sampah.
“Pemikiran tentang sampah dengan pola ortodoks, pola darurat, kumpul angkut buang, kumpul angkut buang, ini akan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Rasanya pemerintah tidak akan mampu,” ucapnya.
Salah satu upaya pemerintah dalam penyadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah, Pemerintah Kabupaten Bandung telah membangun banyak bank sampah tematik.
“Upaya ini diharapkan dapat menumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah, karena kalau tidak bekerja bareng antara pemerintah dan masyarakat, kayaknya pemerintah takkan mampu,” tutur Yula.
Dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat, maka takkan ada yang namanya tempat pembuangan sampah (TPS) liar, karena sampah sudah tertangani di rumah sendiri, sehingga warga tidak lagi membuang sampah ke sembarang tempat. ***