Pasca Prosesi Pelantikan dan Serah Terima Jabatan, Begini Isi Pidato Pertama Bupati Bandung Dadang Supriatna

- 26 April 2021, 23:24 WIB
BUPATI Bandung, Dadang Supriatna didampingi Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan menyampaikan pidato pertamanya sesaat setelah serah terima jabatan di Gedung Budaya Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, Senin 26 April 2021.
BUPATI Bandung, Dadang Supriatna didampingi Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan menyampaikan pidato pertamanya sesaat setelah serah terima jabatan di Gedung Budaya Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, Senin 26 April 2021. /ADE MAMAD/ PIKIRAN RAKYAT/

Baca Juga: Terdeteksi Varian Baru Covid-19, Cucun Ahmad Syamsurijal: Khawatir Anggaran Rp176 Trilliun Menjadi Mubajir

Pandemi ini memaksa guru dan murid belajar dari rumahnya, para pekerja tidak bisa pergi ke tempatnya mencari nafkah, banyak diantara mereka yang penghasilannya menurun bahkan hilang sama sekali.

Di awal pandemi ini, kita menyaksikan pemandangan yang menurut saya memalukan.

Kita masih ingat bagaimana harga masker medis melambung tinggi, dijual dengan harga lima puluh ribu rupiah per lembar, sementara biasanya hanya sekitar tiga ribuan. Hand sanitizer mahal dan langka, APD hilang dari pasaran, vitamin C tidak ditemukan di rak-rak toko dan apotik. Ini antara lain adalah karena ulah para penimbun dan spekulan yang mengambil keuntungan dari keprihatinan banyak manusia.

Di awal pandemi ini juga, kita menyaksikan bagaimana ada sebagian diantara kita, yang berbondong-bondong membeli sembako dalam jumlah besar, memborongnya tanpa ada kesadaran, bahwa hal tersebut akan menaikkan harga barang.

Baca Juga: Relawan Jabar Bergerak Bandung Sebarkan Rantang Cinta Sebanyak 1000 Paket

Seolah hanya mereka saja yang boleh selamat dari pandemi ini. Mereka lupa bahwa ada golongan masyarakat dhuafa yang bahkan bingung untuk makan sehari saja.

Saudara saudaraku sekalian, setiap masa tentu ada peristiwa dan tantangannya tersendiri, ada manusia yang pada masa hidupnya bisa menyaksikan Komet Haley yang melintasi bumi setiap 75 tahun sekali, ada manusia yang dalam hidupnya menyaksikan langsung wajah Soekarno ketika menyemangati rakyat lewat orasi-orasinya.

Ada juga mereka yang hidup saat bangsa ini dilanda kelaparan dan dikirim menjadi romusha pada masa penjajahan jepang.

Pada waktu kita mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari agresi Militer tentara sekutu NICA, pada tahun 1947 dan tahun 1948, jangan dikira semua elemen rakyat Indonesia bergabung menjadi satu kekuatan perjuangan.

Baca Juga: Kaum Muslimin Dianjurkan untuk Mandi Sunah Setiap Malam di Bulan Ramadhan

Halaman:

Editor: Sam


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x