Seperti Indonesia, untuk Pemulihan Pendidikan Negara-Negara G20 Juga Tak Lakukan Hal Ini

- 17 Juli 2022, 11:24 WIB
Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Pentingnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Negara-negara G20” _(The Importance of Face-to-Face Learning in G20 Countries)_, pada Kamis (7/7).
Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Pentingnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Negara-negara G20” _(The Importance of Face-to-Face Learning in G20 Countries)_, pada Kamis (7/7). /Kemendikbudristek/

JURNAL SOREANG- Hadirnya pandemi COVID-19, telah memperparah krisis pembelajaran yang sebelumnya terjadi kepada anak-anak, terutama pada kelompok rentan yang menghadapi resiko kehilangan pembelajaran (learning loss) yang lebih besar.

Selama pandemi, hampir seluruh negara di dunia menutup sekolah untuk melindungi warga sekolah dari pandemi hingga diperkirakan sebanyak 1,6 miliar murid di seluruh dunia terdampak kebijakan penutupan sekolah.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) selaku Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Chair of the G20 Education Working Group), Iwan Syahril menuturkan bahwa sejumlah negara di dunia memberlakukan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan kualitas yang bervariasi dari satu negara ke negara lain.

Ia mengatakan pemulihan pendidikan global sangat penting dibahas untuk meraih tujuan pulih bersama. Apalagi, Indonesia memimpin Presidensi G20 tahun 2022 dan Kemendikbudristek mengemban amanat pemulihan bersama.

Baca Juga: Kabar Gembira, Pemerintah Keluarkan SKB 4 Menteri Terbaru yang Atur Pembelajaran Tatap Muka 100 Persen

“Siswa di seluruh dunia menghadapi masalah akses mendapatkan pembelajaran dan resiko kehilangan pembelajaran atau _learning loss_. Ini yang harus kita sikapi bersama-sama,” tutur Iwan dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Pentingnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Negara-negara G20” _(The Importance of Face-to-Face Learning in G20 Countries)_, pada Kamis (7/7).

Menurut Iwan, lewat pembelajaran tatap muka di sekolah, murid-murid mendapatkan lingkungan belajar yang lebih baik. “Selain itu, berbagai studi menunjukkan bahwa pembelajaran tatap muka masih merupakan metode paling baik bagi para siswa, baik anak-anak dan anak-anak muda kita,” ucap Iwan.

Senada dengan itu, _Chief of Education, United Nations Children’s Fund_ (UNICEF), Katheryn Bennett mengungkapkan bahwa pertemuan tatap muka antara guru dan murid, serta murid dengan teman-teman sekolahnya, tidak bisa tergantikan di negara manapun.

“Pembelajaran digital memang telah menolong masyarakat global lebih mudah mengakses pembelajaran. Tapi, kita tahu bahwa anak-anak belajar paling efektif kalau mereka duduk di kelas, berinteraksi dengan guru, dan bergaul dengan teman sekelas. PTM tidak ada gantinya. Ini pentingnya menjaga sekolah tetap buka. Mari kembalikan semua siswa ke sekolah,” tegas Katheryn.

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x