Bahasa Ibu Bisa Dukung Pembelajaran bagi Siswa Penutur Bahasa Tunggal, Ini Kuncinya

- 16 Maret 2022, 12:10 WIB
Kemendikbudristek) bekerja sama dengan INOVASI, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Kantor Bahasa Provinsi NTT, dan Kedutaan Besar Australia, menyelenggarakan acara Temu Inovasi NTT#2 bertajuk “Aktualisasi Merdeka Belajar: Pemanfaatan Bahasa Ibu dalam Pembelajaran bagi Siswa Penutur Bahasa Tunggal”.
Kemendikbudristek) bekerja sama dengan INOVASI, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Kantor Bahasa Provinsi NTT, dan Kedutaan Besar Australia, menyelenggarakan acara Temu Inovasi NTT#2 bertajuk “Aktualisasi Merdeka Belajar: Pemanfaatan Bahasa Ibu dalam Pembelajaran bagi Siswa Penutur Bahasa Tunggal”. /Kemendikbud ristek/

JURNAL SOREANG - Kemendikbudristek) bekerja sama dengan INOVASI, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Kantor Bahasa Provinsi NTT, dan Kedutaan Besar Australia, menyelenggarakan acara Temu Inovasi NTT#2 bertajuk “Aktualisasi Merdeka Belajar: Pemanfaatan Bahasa Ibu dalam Pembelajaran bagi Siswa Penutur Bahasa Tunggal”.

Paradigma baru yang diusung Merdeka Belajar memungkinkan terciptanya kebebasan berinovasi. Merdeka Belajar memberikan kebebasan bagi para guru, siswa, maupun sekolah untuk berinovasi sesuai dengan konteks lokal, termasuk memastikan semua anak belajar dan dapat mengakses pembelajaran dalam bahasa yang mereka pahami, dalam hal ini Bahasa Ibu.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim yang menyebut bahwa inovasi menjadi kunci dalam pembelajaran tidak mesti langsung berhasil. Inovasi pembelajaran dapat dimulai dengan mencari gagasan dan metode yang sesuai dengan lingkungan dan situasi yang berlaku.

Baca Juga: Penuhi Panggilan Polri Terkait Kasus Binary Option, Istri Doni Salmanan Diam Seribu Bahasa Depan Awak Media

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz memaparkan, survei yang dilakukan oleh INOVASI di Kabupaten Nagekeo menemukan bahwa hampir 50 persen siswa menggunakan Bahasa Ibu dalam kehidupan sehari-hari dan di sekolah.

Sementara hanya 6 persen guru yang menggunakan Bahasa Ibu sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran.

Ketimpangan ini menunjukkan bahwa guru dan satuan pendidikan masih belum melihat pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, termasuk kebutuhan akan bahasa yang mereka mengerti.

Baca Juga: Indonesia Friendship Day 2022 di Osaka Tampilkan Wayang Kulit Bahasa Jepang Bimo Bumbu

“Padahal saat anak-anak terasing dari Bahasa Ibunya sendiri, ini bisa menghambat perkembangan pembelajaran anak dan berdampak pada rendahnya kemampuan literasi mereka. Dengan kebijakan Merdeka Belajar, satuan pendidikan terkecil diharapkan dapat berinovasi untuk menjawab tantangan pembelajaran yang dihadapi tanpa harus khawatir karena regulasi tidak melarang hal tersebut,” ungkapnya baru-baru ini.

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud Ristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x