Siapa Bilang TIK Tak Bisa Jadi Alat Perkuat Budaya dan Penguatan Karakter? ini Kata Kemendikbudristek

- 10 Desember 2021, 05:01 WIB
Sejumlah siswa SMKN Situraja, Kabupaten Sumedang belajar dengan memanfaatkan WiFi gratis di sekolahnya. TIK Bisa Jadi Alat Perkuat Budaya dan Penguatan Karakter
Sejumlah siswa SMKN Situraja, Kabupaten Sumedang belajar dengan memanfaatkan WiFi gratis di sekolahnya. TIK Bisa Jadi Alat Perkuat Budaya dan Penguatan Karakter /DOK SMKN Situraja Sumedang/

JURNAL SOREANG- Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Kapusdatin) Kemendikbudristek, M. Hasan Chabibie menyampaikan dalam mewujudkan pembelajaran digital, tak hanya sekadar infrastruktur yang perlu dibangun, namun juga aspek kemanusiaan yang akan mengembangkan inovasi.

Hasan meminta pendidik untuk mengawal pendidikan karakter dan nilai-nilai budaya yang perlu diketahui anak-anak bangsa. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bisa menjadi alat bagi pendidik untuk mewujudkan itu.

Berdasarkan pengamatan Hasan Chabibie, dinamika yang terjadi dalam ISODEL 2021 sangat menarik terkait karya inovatif dan media pembelajaran yang dikembangkan oleh individu, baik pemerintah maupun dunia industri.

Baca Juga: Anugerah KIHAJAR 2021 Apresiasi Guru dan Siswa Pegiat Pembelajaran Berbasis TIK, Berikut Daftar Pemenangnya

“ISODEL 2021 membuktikan, saat ini kolaborasi begitu sangat mudah untuk melengkapi satu sama lain untuk menghasilkan karya yang optimal,” ujar Hasan, baru-baru ini.

Oleh karena itu, ia berharap setelah pelaksanaan kegiatan ini masyarakat semakin tertarik untuk mengeksplor pembelajaran digital dalam mendukung metode pembelajaran hibrida.

“Pendidikan karakter yang juga menjadi sorotan di pembelajaran digital juga perlu disikapi dengan bijak. Di saat sebagian orang tua meragukan pembelajaran daring dan sebagian guru mengkhawatirkan berkurangnya karakter peserta didik kita, jangan lupa bahwa TIK menyediakan peluang untuk membagikan nilai-nilai positif,” tambah Hasan.

Baca Juga: Kemendikbudristek Dukung Peran Swasta untuk Akselerasi Talenta Digital Indonesia, Berikut Juara Kompetisi TIK

Berikut sebagian rekomendasi ISODEL 2021. (1) Tidak dapat disangkal bahwa disrupsi teknologi membawa perubahan sistemik yang cepat dalam pendidikan yang perlu disikapi secara strategis. Hal ini dapat dihadapi dengan mengupayakan solusi yang inovatif untuk mendukung lingkungan belajar yang adaptif dan transformatif.

(2) Di era new normal, kolaborasi sudah menjadi suatu kebutuhan. Kolaborasi adalah lebih dari sekadar kerja sama yang saling menguntungkan karena kolaborasi adalah tentang kesadaran untuk berbagi dan saling melengkapi demi mencapai kesuksesan yang optimal.

Iklim bekerja secara kolaboratif perlu dikembangkan, tidak hanya lintas wilayah geografis tetapi juga lintas profesi. Di bidang pendidikan, pendekatan kolaboratif adalah dasar untuk pedagogi yang efektif.

Baca Juga: Kemendikbudristek Gandeng ICON+ Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Kebudayaan melalui TIK

(3) Para penggiat dan pakar teknologi pembelajaran senantiasa menggali berbagai peluang dan pendekatan untuk merancang arsitektur pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan.

Mengadopsikan teknologi baru dengan inovasi yang berbasis kebutuhan untuk mengatasi tantangan dan masalah lokal tidak hanya terbatas pada aspek teknologi saja tetapi juga harus menjangkau aspek sosial budaya dan humanistik.

(4) Dalam mengembangkan inovasi, kita tidak boleh melupakan pentingnya pedagogi. Di era kenormalan baru meskipun Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi suatu kebutuhan, namun hal tersebut tidak semata menjadi tujuan mutlak.

Baca Juga: Prioritas DAK Tahun 2022: Pemenuhan Sarana TIK dan Rehabilitasi Prasarana Sekolah, Pemerintah Buat Aturan Baru

Teknologi pembelajaran adalah tentang memberikan solusi untuk membantu siswa belajar secara optimal dalam berbagai kondisi yang lebih menitikberatkan pada teknologi yang tepat guna.

(5) Salah satu isu penting terkait daerah terpencil di Indonesia terutama di daerah 3T adalah sulitnya aksesibilitas. Oleh karena itu, infrastruktur dan jaringan TIK untuk daerah tersebut harus menjadi prioritas.

Dengan tersedianya dan lebih terjangkaunya akses teknologi digital seperti internet di daerah-daerah terpencil dan 3T, diharapkan dapat mempercepat perekonomian dan mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Nantinya, diharapkan daerah 3T mampu sejajar dengan daerah-daerah maju dan berkembang.

Baca Juga: Dukung SMK Siapkan SDM Digital, Industri TIK Terus Aktif Berikan Pelatihan Ciptakan 100 Ribu SDM Digital Lokal

(6) Blended learning akan menjadi kenormalan baru (new normal) dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak hanya berdampak pada metodologi pembelajaran tetapi juga pada strukturisasi dari kurikulum.

Sumber belajar yang tersedia dan mudah diakses seperti beragam mata pelajaran/topik pembelajaran serta media pembelajarannya seyogyanya dapat langsung digunakan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini memberikan pengaruh positif pada proses pembelajaran sehingga menjadi lebih efisien sehingga dapat mengurangi intensitas dari interaksi tatap muka.

(7) Waktu kerja guru akan lebih lama dari sekadar jam mengajar. Interaksi pembelajaran dapat berjalan sepanjang waktu, baik sinkronus maupun asinkronus.

Baca Juga: Ini Rincian Belanja Triliunan oleh Kemendikbudristek untuk TIK Sekolah Termasuk Laptop Merah Putih

Untuk itu, perlu dilakukan pendefinisian kembali tugas dan jam pelatihan guru. Dalam konteks ini, guru akan lebih berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran daripada hanya sekedar sosok yang memberikan perintah saja.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud Ristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah