Merekam Jejak Kahlil Gibran, ‘Sang Nabi’ dari Dunia Literasi

- 18 November 2021, 02:35 WIB
Buku The Prophet (Sang Nabi) karya Kahlil Gibran/instagram - @sarathschunakkara
Buku The Prophet (Sang Nabi) karya Kahlil Gibran/instagram - @sarathschunakkara /

JURNAL SOREANG – Nama Kahlil Gibran di dunia literasi adalah salah satu yang paling polpuler, melegenda, dan banyak dikenang.

Sosok Kahlil Gibran terkenal dengan karya tulisnya yang bertema cinta, alam, tanah air, hingga kematian.

Meski hidup pada generasi yang berbeda, goresan-goresan puitis karya Kahlil Gibran masih sering kita baca dan temukan hingga saat ini.

Baca Juga: Tiga Terduga Teroris Diringkus Densus 88 Antiteror Polri, Salah Satunya Ketum Partai

Lantas, bagaimanakah perjalanan hidup seorang Kahlil Gibran?

Lahir di Basyari, Lebanon, pada 6 Desember 1983, Kahlil Gibran dibesarkan dalam keluarga Katolik Maronit.

Namun sayangnya, ayah Gibran adalah seorang pacandu judi. Kebiasaan buruk itu kerap menyebabkan keluarganya hidup berkekurangan.

Baca Juga: Malang Benar, Gegara Menghina Raja Thailand, Wanita Ini Divonis Penjara 43 Tahun

Selain mengalami nasib yang tidak begitu bagus di lingkungan keluarga, sejak kecil Gibran terbiasa dengan fenomena alam yang sering terjadi di Basyari. Inilah yang kelak memberi pengaruh pada tulisan-tulisannya yang banyak menceritakan tentang alam.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Gibran belia pindah ke Amerika Serikat. Perpindahan ini memberi dampak dalam gaya bahasanya yang merupakan hasil akulturasi Lebanon dan Amerika Serikat.

Beranjak dewasa, Gibran tiba di fase terberat hidupnya. Meski karya pertamanya ‘Spirit Rebellious’ yang ditulis di Boston ini berhasil diterbitkan di New York, tapi karya itu sempat membuat Gibran dikucilkan gereja Maronit lantaran berisi sindiran terhadap koruptor.

Baca Juga: Polisi Tetapkan Lima Tersangka, terkait Kasus Mafia Tanah Nirina Zubir

Nasib malang tak berhenti di situ. Gibran harus kehilangan Ibu kandung, kakak laki-laki, dan adik bungsu perempuannya akibat TBC.

Gibran kemudian hanya tinggal bersama adik perempuannya yang masih tersisa, yang bekerja dan membiayai penerbitan karya-karyanya.

Tapi dari sinilah akhirnya karya-karyanya tak terbendung.

Baca Juga: Terima Paket Sembako, Warga Antusias Ikut Gebyar Vaksinasi di Ciluluk Cikancung Kabupaten Bandung

Gibran singgah ke Paris dan hidup dengan bantuan finansial perempuan bernama Mary Haskell, pengusaha kaya asal Georgia yang juga sempat menjalin hubungan asmara dengannya.

Namun kemudian, Gibran kembali ke New York dan mendirikan studio di sana, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia menulis dan melukis.

Setelah sukses melahirkan karya-karya ternama yang salah satunya berjudul The Prophet atau Sang Nabi, Gibran mendirikan asosiasi ikatan penulis yang bernama Arrabithah Al Alamia untuk merombak kesusatraan Arab pada tahun 1920.

Baca Juga: Dalam Tahap Penyelidikan, KPK Masih Dalami Dugaan Kasus Garong Uang Rakyat Penyelenggaraan Formula E

Sebalas tahun kemudian, 10 April 1931, Kahlil Gibran mengembuskan nafas terakhirnya akibat sirosis hati dan TBC. Jenazahnya dikebumikan di Mar Sarkis, Lebanon, yang sekarang menjadi Gibran Museum.

Hingga akhir hayatnya, Gibran bertekad membantu dunia timur, meski ia dikenal sangat mengagumi dunia barat. Tekadnya itu tersirat dalam pesan terakhirnya sebelum wafat.

“Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia timur, karena ia telah banyak sekali membantuku”.

***

Editor: Sam

Sumber: biography.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah