Pendidikan Ibarat Mata Uang, Ini yang Tentukan Mutunya

- 11 Oktober 2021, 16:54 WIB
 1.385 sekolah rusak akibat diterjang banjir Kalsel, Kemendikbud langusung kirim bantuan. Banyaknya sekolah rusak berdampak pada mutu pendidikan
1.385 sekolah rusak akibat diterjang banjir Kalsel, Kemendikbud langusung kirim bantuan. Banyaknya sekolah rusak berdampak pada mutu pendidikan /Kemendikbud

JURNAL SOREANG- Mahasiswa Program Doktor PKn UPI, Rifa Anggyana menyatakan, pendidikan merupakan salah satu tolak ukur tingkat kemajuan suatu bangsa.

Selain itu pendidikan juga merupakan unsur penting dalam meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup manusia karena pendidikan adalah mata uang yang berlaku di negara manapun.

"Faktor apa saja yang mempengaruhi kemajuan pendidikan Indonesia? Penentunya adalah kualitas guru memang saya akui Indonesia ini tidak kekurangan guru-guru yang berkualitas hanya persebarannya saja yang belum merata," kata Rifa dalam pernyataannya, Senin 11 Oktober 2021.

Baca Juga: Dorong Peningkatan Mutu Pendidikan Usia Dini, Disdik Kabupaten Bandung Bangun USB TK Negeri Cimaung

Faktor lainnya, kurikulum yang rumit juga mempengaruhi kemajuan pendidikan. "Memang kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini berlomba dengan waktu dan perlu beberapa kali mengalami perubahan," katanya.

Faktor lainnya berupa anggaran pendidikan yang diatur dengan tepat dan merata hingg dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

"Regulasi pendidikan dengan banyaknya UU hingga pendidikan rentan terjadi salah tafsir dalam implementasi antar UU yang juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan," katanya.

Baca Juga: Mendikbudristek Tegaskan Pentingnya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Mengenai adanya data bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih di bawah negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, menurut Rifa, harapan untuk pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan kebutuhan para pelajar, bukan pelajar yang menyesuaikan diri dengan pendidikan.

"Ke depannya saya ingin sebuah pendidikan harus bisa mewadahi seluruh potensi anak bangsanya agar kelak mereka bisa mengembangkan potensinya dan dapat menentukan masa depan dan karirnya. Saya rasa dengan begitu Indonesia akan menciptakan para tenaga ahli yang terbilang masi muda. Karena potensi mereka sudah diasah sejak dini dan hal ini juga sudah digunakan di beberapa negara maju," katanya.

Hal ini dikarenakan untuk bersaing dengan negara-negara tersebut Indonesia harus meningkatkan kualitas pendidikan.

Baca Juga: Pemkab Bandung Luncurkan Program Sekolah Mengaji, MGMP PAI Bersiap Jadi Garda Depan

"Hal ini dapat melahirkan SDM yang semakin baik mutunya dan mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional. Indonesia juga seharusnya menitikberatkan kepada fasilitas pendidikan yang komplit di seluruh pelosok negeri secara merata sehingga potensi-potensi yang selama ini masih tersembunyi dan belum terasah jika diimbangi dengan fasilitas yang mumpuni, maka Indonesia di kemudian hari dapat bersaing dengan negara lain," katanya.

Persoalan penting lain, kata Rifa, adalah bagaimana sistem pendidikan di Indonesia dapat membentuk karakter bangsa?
Tentunya dengan tetap memegang teguh ideologi bangsa kita yaitu Pancasila.

"Jangan sampai keluar jalur dan untuk menciptakan bangsa yang berkarakter Indonesia berkaca pada negara maju lain, sistem pendidikan di negara-negara maju justru lebih terfokus pada minat dan bakat. Ditunjang dengan tim pengajar yang ahli di bidangnya," katanya.

Baca Juga: 1.385 Sekolah Rusak Akibat Banjir, Kemendikbud Salurkan Bantuan ke Kalimantan Selatan

Selain memegang teguh ideologi, pendidikan juga harus memuat nilai-nilai budaya terlebih lagi negara kita yang kaya sekali dengan kebudayaan, dengan mengakomodir nilai kebudayaan.

"Hal ini akan melahirkan pendidikan yang berkebudayaan yang tentu akan berdampak terhadap pelajar Indonesia yang cerdas dan juga berbudaya," katanya.

Contohnya seperti negara Jepang yang mampu mengakulturasi antara pendidikan dan budaya luhur bangsanya.
"Kebudayaan tidak hanya sekedar diajarkan dalam ruang lingkup persekolahan tetapi harus melekat kedalam hati setiap pelajar di Indonesia," katanya.

Baca Juga: Puluhan Sekolah Rusak Berat Akibat Gempa di Sulawesi Barat, Ini yang Dilakukan Kemendikbud

Menurut Rifa, dalam Tri Darma perguruan tinggi ada yang dinamakan pendidikan dan pengajaran, maka mahasiswa seharusnya bisa mewujudkan Tri Darma perguran tinggi khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran agar sesuai dengan karakter bangsa.

"Dalam mengemban perannya sebagai insan akademik, mahasiswa harus terbiasa dengan segala situasi kondisi apapun, terbiasa terbentur, berproses, berpola, berdinamika, sehingga menjadi mahasiswa yang paripurna. Peran pertama dalam optimalisasi tri dharma perguruan tinggi bidang pendidikan dan pengajaran yakni bagaimana merefleksikan mahasiswa menjadi insan yang terpelajar dan terdidik," katanya.

Secara teoretik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegang.

"Untuk mewujudkan nya mahasiswa juga harus menjadi agen of change (agen perubahan) ke arah yang lebih baik. Melalui pengetahuan, ide, dan keterampilan yang dimilikinya mahasiswa bisa menjadi agen penggerak bangsa ke arah yang lebih maju," katanya.

Baca Juga: Kemendikbudristek Gandeng ICON+ Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Kebudayaan melalui TIK

Selain itu, mahasiswa juga arus menjadi penjaga nilai luhur, mahasiswa menjadi garda terdepan bangsa untuk menjaga nilai-nilai luhur suatu bangsa.

"Saya rasa masih belum sesuai, masih banyak yang perlu dibenahi perbaikan kualitas pendidikan masih belum merata, banyak yang masih tertinggal seperti daerah-daerah pelosok mereka masih belum mendapat kan akses yang baik," katanya.

Kita ambil contoh misalnya antara anak kelas 5 SD di kota Bandung yang rata-rata sudah mahir baca tulis, tetapi berbeda sekali dengan kondisi anak kelas 5 SD yang berada di pedalaman Papua.

"Mereka baru belajar membaca denga cara dieja saja. Dari sini kita masih melihat adanya ketimpangan yang begitu jauh antara pendidikan di daerah perkotaan dengan daerah pedalaman dan pelosok," katanya.

Baca Juga: Puluhan Ribu Lembaga Pendidikan Vokasi di Indonesia, Ini lah Peran yang Diharapkan

Pendidikan di pelosok masih belum memenuhi standar kualitas yang baik, masih banyak yang perlu dibenahi dari mulai akses menuju tempat pendidikan kata lain sekolah yang masih jauh dari kata layak.

"Kemudian tenaga pengajarnya pun masih belum terpenuhi sebab banyak tenaga pendidik yang memilih untuk mengajar di perkotaan dibanding di pelosok karena kurangnya sarana dan prasarana," katanya.
Meski tak sedikit juga tenaga pengajar yang sukarela mengajar di pelosok dengan segala keterbatasan.

"Saya rasa hal ini perlu menjadi perhatian khusus pemerintah karena pada kenyataan nya banyak daerah pelosok yang belum mendapatkan hak yang sama dalam bidang pendidikan dengan daerah perkotaan," ujarnya.

Baca Juga: Dua Kelompok Ini Paling Rentan Pendidikannya Akibat Pandemi Menurut Menteri Pendidikan ASEAN

Dengan cara menjalankan fungsi pendidikan secara maksimal dan anggaran pendidikan disalurkan secara merata dan transparan baik di daerah urban maupun pelosok agar kualitas pendidikan merata.

"Demikian pula jumlah tenaga pendidikan juga harus ditingkatkan untuk daerah-daerah yang masih tertinggal khusunya daerah pelosok. Tidak hanya dari segi jumlah dari seri kualitas pun harus ditingkatkan pula," ujarny.

Kemudian sejahterakan pendidik agar mereka berfokus kepada proses pengajaran.

"Dari upaya ini, maka kualitas pendidikan juga akan meningkat, memaksimalkan pengajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirancang secara kontekstual oleh masing-masing institusi pendidikan. Pendidikan secara meluas yang terbuka bagi masyarakat umum dan pendidikan tersebut dapat menjadi wadah bagi pembangunan manusia berkualitas demi mendukung pembangunan bangsa," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah