Viral Tagar Jangan Jadi Dosen! Kiat-Kiat Sejahtera Jadi Dosen dalam Cakap-cakap Akademisi bersama Ebizmark

4 April 2024, 11:14 WIB
Untuk menanggapi keresahan kesejahteraan dosen tersebut, Ebizmark mengadakan webinar bertajuk “Cakap-cakap Akademisi: Ada Apa Dengan #JanganJadiDosen?”. /Istimewa /

JURNAL SOREANG - Sebuah tagar #JanganJadiDosen sempat viral dan menjadi  ramai di kalangan media sosial pada akhir Februari 2024 lalu.

Realita pahit menjadi pengalaman yang masih dirasakan hampir seluruh dosen di Indonesia. Pada kenyataannya, menjadi seorang dosen tidak seindah kedengarannya.

Gaji dosen dianggap kurang mencukupi, sementara tuntutan akademik dan beban administrasi yang rumit menjadi makanan sehari-hari. 

 

Padahal, pendidikan merupakan garda terdepan dalam menyukseskan generasi masa depan. Namun, dengan realita yang ada sekarang, profesi dosen sebagai seorang pengajar rasa-rasanya tidak memiliki nilai.

Untuk menanggapi keresahan tersebut, Ebizmark mengadakan webinar bertajuk “Cakap-cakap Akademisi: Ada Apa Dengan #JanganJadiDosen?”.

Kegiatan yang diadakan pada 31 Maret 2024 tersebut tersedia tanpa pungutan biaya apa pun, dan menghadirkan para akademisi sebagai narasumber.

Baca Juga: Bisakah Kyai yang Hanya Lulusan Pesantren Bisa Menjadi Dosen? Begini Jawaban UIN Bandung

Di antaranya adalah Prof. Burhanuddin Muhtadi, M.A., Ph.D, Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M, Ph.D, serta Staf Ahli Mendikbudristek RI Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat yaitu Prof. Dr. H. Muhammad Adlin Sila, M.A., Ph.D.

Antusiasme peserta juga tinggi dengan lebih dari 789 peserta dari berbagai penjuru kota di Indonesia menghadiri Zoom.

Webinar tersebut menjadi forum dialog interaktif dalam upaya kreatif dosen untuk hidup sejahtera di tengah tantangan gaji.

 

Deddy Saefuloh, M.B.A, Ph.D. selaku Founder dan Head Trainer Ebizmark, membuka acara dengan sambutannya. Selanjutnya, disambung oleh sesi pertama bersama Prof. Burhan yang membahas tantangan dalam kultur akademik di Indonesia.

Dia  menyoroti aspek tri dharma yang terlalu fokus pada pengajaran sehingga membuat dosen merasa lelah dan tidak sejahtera secara lahir batin.

"Tugas utama kita sebagai dosen sering kali proporsi utamanya mengajar dan itu ‘membetot’ stamina, energi, sekaligus pikiran kita." katanya.

Baca Juga: Versi SINTA Inilah 5 Dosen UIN Bandung Paling Produktif dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Siapa Saja?

Administrasi yang “njelimet” juga menjadi beban tambahan. Diharapkannya ada kelonggaran kelembagaan dan debirokratisasi penelitian untuk meringankan beban administratif dan mengizinkan lebih banyak waktu untuk penelitian dan publikasi seperti sabbatical leave.

Prof. Burhan berpesan bahwa dosen harus tahu prioritas apa yang ingin dilakukan, apakah mengajar atau meneliti? Selain itu, penting bagi dosen dalam mencari mencari kebaruan dalam penelitian, menemukan role model, serta mengenali niche atau keunikan diri yang dapat “dijual” sebagai keahlian.

Sesi dialog selanjutnya disambung oleh Prof. Hikmahanto yang merupakan rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Kota Cimahi.

 

Hikmahanto menegaskan sejak awal bahwa menjadi dosen membutuhkan passion dan tekad yang kuat. Melalui kisah-kisahnya, ia berujar  dosen dapat meningkatkan nilai dan identitas pribadi mereka dengan berinvestasi dalam penelitian, publikasi jurnal, dan membangun personal branding.

Dia  juga menyampaikan terima kasihnya pada Ebizmark yang telah mengundangnya, “Ebizmark ini saya senantiasa hadir ke acara ini, karena Ebizmark itu padamu negeri, berbakti pada negeri.” ujarnya.

Sementara itu, di sesi terakhir bersama Prof. Adlin, menyampaikan beberapa hal terkait gaji dosen beserta hal-hal yang perlu diketahui masyarakat.

Baca Juga: TOP! Dosen Akuntansi Universitas Widyatama Gandeng Perusahaan Malaysia Berdayakan UMKM Kota Bandung

Adlin menyampaikan  urusan gaji tidak diatur oleh Kemendikbudristek, melainkan berurusan juga dengan Kemenpan RB dan Kemenkeu. Bagaimanapun, Kemendikbudristek tengah mengusulkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang mengatur kenaikan gaji dosen dan telah digodok sebelum tagar #JanganJadiDosen viral.

Sabbatical leave atau cuti bagi dosen yang melakukan penelitian juga nantinya akan difasilitasi. “Nantinya dosen tetap dianggap memenuhi 12 hingga 16 SKS meskipun melakukan sabbatical leave.” katanya.

Dengan demikian, dosen tidak perlu ragu untuk melakukan penelitian dan bingung dengan pengajaran di kampus.

 

Selain gaji dan tunjangan, Prof. Adlin menyampaikan bahwa dosen dapat mendapatkan dana penelitian dan hibah, juga beasiswa, dan pelatihan, yang kesempatannya bisa dimiliki oleh setiap dosen di seluruh indonesia.

Beliau juga turut menggarisbawahi bahwa dosen bukan pekerjaan sampingan atau pekerjaan opsi terakhir sebagai batu loncatan, memang tetap harus ada niat dan passion.

Sesi ditutup oleh moderator Nugroho Hardiyanto, S.E., MSi dengan kalimat: “Semakin gelapnya malam maka pertanda fajar akan segera tiba”.

Baca Juga: Dosen Unipas Melatih Ibu-ibu di Morotai Mengolah Limbah Tuna Menjadi Produk Ekonomis, Mahasiswa Ikut Terlibat 

Dosen memang memiliki tantangannya tersendiri sebagai sebuah profesi. Namun, hal tersebut tidak menutup kesempatan untuk terus berkembang dan menemukan cara menjadi sejahtera.

Dari sisi kebijakan pun, tengah dilakukan upaya untuk menaikkan kesejahteraan dan taraf hidup dosen.

Ebizmark ke depannya pun akan selalu menjadi sarana yang membantu akademisi, dan utamanya pendidikan tinggi di Indonesia.

Tidak hanya lewat informasi, melainkan juga jasa-jasa yang diberikannya mulai dari pelatihan penelitian, konsultasi penelitian, pengolahan data, penerbitan buku, dan publikasi jurnal.

 

Hal tersebut merupakan komitmen Ebizmark dalam menjadi solusi permasalahan akademik di Indonesia, sebagaimana diadakannya webinar cakap-cakap akademisi mengenai keresahan kesejahteraan dosen.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler