Asteroid dan Komet: Bagaimana perbedaannya? Apakah mereka menimbulkan ancaman bagi Planet Bumi?

12 Februari 2023, 12:31 WIB
Asteroid dan Komet Bagaimana perbedaannya? /Unsplash/Justin W/

 

JURNAL SOREANG - Asteroid dan komet terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu setelah awan gas dan debu raksasa runtuh dan memadat untuk menciptakan matahari.

Puing-puing sisa yang mengorbit matahari bergabung menjadi planet, bulan, dan objek lainnya. Asteroid dan komet adalah sisa-sisa dari proses ini.

Inilah yang perlu kalian ketahui tentang perbedaannya, dari mana asalnya, dan apakah mereka menimbulkan ancaman serius bagi Bumi.

Baca Juga: Danau Nyos: Sebuah Danau Mematikan di Afrika yang telah Memakan Korban 1.700 Jiwa Manusia dan 3.500 Ternak

Apa itu Asteroid?

Dilansir dari National Geographic, Asteroid pada dasarnya adalah bongkahan batu yang berukuran diameter beberapa kaki hingga ratusan mil. NASA telah mengidentifikasi lebih dari satu juta asteroid, dan lebih dari 150 di antaranya memiliki bulannya sendiri.

Pada tahun 2022, para astronom menerbitkan bukti bahwa asteroid Elektra memiliki sebanyak tiga bongkahan batu yang mengorbitnya. Hal ini menjadikannya asteroid empat kali lipat pertama yang diketahui.

Baca Juga: DAEBAK! Benarkah Song Hye Kyo Berpotensi Bintangi Drakor Baru Bersama 'Kembaran'? Simak Penjelasannya!

Selama bertahun-tahun, para astronom menganggap Ceres sebagai asteroid terbesar dengan lebar sekitar 590 mil. Namun, pada tahun 2006, International Astronomical Union mengklasifikasikan Ceres sebagai planet kerdil, dan kini menjadikan Vesta asteroid menjadi yang terbesar dengan lebar 329 mil. Namun ini tetap menjadi titik pertikaian di antara beberapa astronom, dan Gazetteer of Planetary Nomenclature Survei Geologi AS mendefinisikan bahwa Ceres sebagai asteroid dan planet kerdil.

Asteroid kecil disebut meteoroid. Jika mereka memasuki atmosfer Bumi, mereka disebut meteor, atau bintang jatuh dan jika sebuah meteor menyentuh tanah, itu menjadi meteorit.

Saat ini, sebagian besar asteroid di tata surya kita mengorbit matahari di wilayah yang terletak di antara Mars dan Jupiter yang disebut dengan sabuk asteroid. Banyak astronom percaya bahwa sabuk itu berisi materi primordial yang tidak pernah menjadi planet. Ini disebabkan tarikan gravitasi Yupiter. Yang lain berteori bahwa sabuk itu mungkin adalah sebuah kamp pengungsi kosmik untuk sisa-sisa planet yang terbentuk di tempat lain di tata surya.

Baca Juga: Kebimbangan Melanda Korban yang Selamat dari Gempa Turki, Berikut Curhatan Hatinya

Apa itu komet?

Dilansir dari National Geographic, Komet adalah bola es dan batu yang ekornya yang bercahaya yang terkadang terlihat dari Bumi saat melintas di langit malam. Komet menumbuhkan ekor itu setiap kali orbitnya mendekatkan mereka ke matahari. Hal ini yang menyebabkan benda-benda es memanas dan mengeluarkan jejak gas dan debu. Matahari menyinari ekornya, memberinya cahaya yang megah.

Dibandingkan dengan asteroid, komet cenderung memiliki orbit yang lebih elips atau berbentuk oval. Mereka juga mengandung lebih banyak senyawa kimia yang menguap saat dipanaskan, seperti air. Dan saat diamati melalui teleskop, komet tampak lebih kabur daripada asteroid.

Baca Juga: Pendaftaran Program Praktisi Mengajar Segera Dibuka, Begini Persyaratannya

Meskipun mungkin ada triliunan komet yang mengelilingi pinggiran luar tata surya, komet terang yang muncul di langit malam Bumi, biasanya yang terlihat hanya sekali dalam satu dekade. Ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu komet periode pendek dan komet periode panjang.

Komet periode pendek membutuhkan waktu kurang dari 200 tahun untuk mengorbit matahari, dan banyak dari objek ini berasal dari Sabuk Kuiper, yaitu cincin benda es di luar orbit Neptunus. Yang paling terkenal adalah Komet Halley, yang muncul setiap 75 hingga 76 tahun.

Sebagian besar komet periode panjang diyakini berasal dari Awan Oort, yakni kumpulan objek yang mengelilingi bagian luar tata surya. Menurut NASA, dibutuhkan ribuan atau bahkan jutaan tahun bagi komet ini untuk mengorbit matahari. Kemunculan komet-komet ini di langit malam jauh lebih sulit diprediksi disebabkan hanya ada sedikit catatan tentang kemunculannya di masa lalu.

Baca Juga: OTW Kaya Raya! Pemilik Weton Ini akan Sukses, Dihantam Rezeki Besar di Bulan Rajab

Apakah Asteroid dan Komet menimbulkan Ancaman bagi Planet Bumi?

Tarikan gravitasi, tabrakan orbit, dan desakan luar angkasa kadang mengganggu asteroid atau komet ke jalur yang menyimpang, yang dimana terjadi disebabkan oleh beberapa meluncur cukup dekat ke Bumi dan dapat menimbulkan resiko berbenturan. Untungnya, kebanyakan dari mereka terlalu kecil untuk menyebabkan kerusakan. Sebaliknya, mereka terbakar di atmosfer. Fenomena ini yang tampak bagi kita sebagai bintang jatuh.

Para astronom terus mencari benda yang lebih besar yang mungkin berada pada lintasan yang lebih dahsyat. Asteroid yang kemungkinan besar akan menabrak Bumi dalam 300 tahun ke depan disebut Bennu, yaitu sebuah batu yang lebarnya sekitar sepertiga mil. Namun kemungkinan itu akan menghantam Bumi pada waktu itu sangat kecil, dimana hanya 1 banding 1.750. Dan tanggal yang paling mungkin untuk terjadi tumbukan tersebut, diteliti tidak akan terjadi hingga akhir tahun 2100-an atau awal tahun 2200-an.

Baca Juga: Serie A : Juventus Diprediksi akan Menang 2-1 atas Fiorentina                                              

Sementara itu, NASA sedang mengerjakan rencana untuk membelokkan asteroid pembunuh. Pada tahun 2022, badan tersebut menabrakkan pesawat ruang angkasa ke asteroid selebar 500 kaki. Tes itu sukses, dimana secara signifikan menjatuhkan asteroid dari lintasannya dan memecah beberapa permukaan berbatu menjadi ekor puing-puing yang berdebu. Meskipun teknik ini hanya akan bekerja dalam situasi tertentu, namun hal ini dapat meyakinkan untuk mengetahui bahwa kita mungkin tidak mengikuti jalan dinosaurus. Apa itu? Ya betul, kepunahan.***

 

 

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: National Geographic

Tags

Terkini

Terpopuler