Muda! WNI 21 Tahun Jadi Mahasiswa S3 di Korea Selatan, Ingin Kembangkan Energi Terbarukan di Indonesia

10 Februari 2022, 20:25 WIB
Muda! WNI 21 Tahun Jadi Mahasiswa S3 di Korea Selatan, Ingin Kembangkan Energi Terbarukan di Indonesia /Siti Nur Azizah/Jurnal Soreang

JURNAL SOREANG - Korea Selatan adalah salah satu negara yang memiliki kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Buktinya, perusahaan besar asal Korea Selatan, Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution, telah menandatangani kerjasama untuk membangun pabrik baterai di Karawang, Indonesia.

Keberadaan mahasiswa asal Indonesia yang berkuliah di Korea Selatan tentunya akan membawa angin segar untuk memperkuat kerjasama di bidang teknologi dan mengadopsi kemajuan teknologi di negeri Ginseng itu ketika pulang mengabdi di tanah air.

Menurut data Kementerian Luar Negeri, per Desember 2021, jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di Republik Korea kurang lebih sebanyak 1700 mahasiswa. Salah satu dari mahasiswa tersebut adalah Muhammad Irfansyah Maulana.

Baca Juga: Bedakan, Ini Ide Hadiah untuk Pasangan, Sahabat, dan Keluarga di Hari Valentine

Pria yang akrab disapa Irfan ini sedang menempuh program integrated MS-PhD, sebuah program integrasi yang memungkinkan lulusan S1 langsung mendapatkan gelar S3 dalam kurun waktu 5-7 tahun.

"Saya lulus S1 pada Agustus 2020 dari Prodi Kimia UPI dalam usia 21 tahun.
Lalu berangkat ke Korea Selatan pada Februari 2021 untuk menempuh pendidikan S2-S3 di Daegu Gyeongbuk Institute of Science and Technology (DGIST). Saat itu usia saya masih 21 tahun. Satu tahun pertama dianggap sebagai mahasiswa S2 dan selanjutnya sebagai mahasiswa S3", kata Irfan ketika dikontak melalui Whatsapp

Menurutnya, menempuh pendidikan doktoral di Korea Selatan khususnya di bidang sains dan teknologi bukanlah suatu perkara mudah.

Baca Juga: Langka! Kuntilanak Muncul di Siang Hari, Bosen Muncul Malam Hari, Sempat Terjadi di Cirebon

Di negara itu, durasi rata-rata seorang mahasiswa mendapat gelar PhD (Philosophy of Doctor) adalah 5 tahun seperti para mahasiswa S3 di Amerika Serikat.

Selama 4-7 tahun harus terus bersabar dan tekun melakukan penelitian dan menulis artikel untuk memperkenalkan serta melaporkan penemuan baru atau atau kemungkinan pengajuan suatu teori terbarukan.

Salah satu tujuan dia berangkat ke Korea adalah untuk mempelajari suatu bidang ilmu yang aplikatif, dimana jurusan ini belum ia temukan di Indonesia.

Baca Juga: Tak Hanya Ichal Muhammad, Sosok Artis Ini Juga Ternyata Pernah Jadi Affiliator Binary Option, Siapa Sosoknya?

Dia mengambil jurusan Energy Science and Engineering, sebuah ilmu yang fokus menemukan material aktif untuk aplikasi energi seperti baterai, fuel cell, dan solar cell.

Jurusan ini hanya dapat dengan mudah ditemukan di universitas sains dan teknologi di beberapa negara maju karena memerlukan bahan penelitian yang tidak murah dan fasilitas riset yang canggih.

Irfan lahir di Sukabumi pada 12 Juni 1999. Tidak seperti teman-temannya, ia masuk sekolah dasar pada usia 5 tahun. Selama di SD Negeri 1 Kompa Parungkuda, ia selalu mendapat ranking 3 besar.

Baca Juga: Jangan Berpatokan pada Timbangan Jika Ingin Berat Badan Normal, Ini Menurut Pakar

Sebelum hijrah ke Bandung untuk menempuh pendidikan S1, ia tinggal di Tasikmalaya selama 6 tahun untuk menyelesaikan pendidikan di MTs Cipasung dan SMA Islam Cipasung. Ia tidak pernah lepas dari juara paralel terbaik di angkatannya selama di sekolah menengah.

Saatnya ini ia sedang meneliti katalis terbarukan yang dapat mempercepat kinetika reaksi reduksi oksigen pada fuel cell. Fuel cell adalah teknologi yang merubah energi kimia secara langsung menjadi energi listrik.

Fuel cell menghasilkan daya dengan kombinasi bahan bakar dan oksigen. Dengan katalis yang efektif, dapat dihasilkan daya yang tinggi dengan durabilitas yang panjang.

Baca Juga: 1.042 Akun di Media Sosial Berpotensi Melanggar Hukum, Polri Segera Beri Peringatan

Teknologi seperti ini sudah mulai dikembangkan dengan memanfaatkan hidrogen sebagai bahan bakar untuk kendaraan. Dengan penggunaan hidrogen, polusi kendaraan dapat dicegah sehingga tercipta net zero emission yaitu emisi nol-bersih yang merupakan puncak harapan di masa depan.

Irfan berharap ilmu yang sedang digelutinya ini dapat bermanfaat untuk pengembangan energi di Indonesia.

Ia berharap pemerintah bisa mendukung para peneliti Indonesia di luar negeri yang sedang belajar keras di negeri orang. Dengan demikian, ketika mereka pulang ke tanah air untuk mengabdi, akan tersedia wadah yang lebar bagi para peneliti diaspora untuk berkarya di negeri sendiri.***

Editor: Handri

Tags

Terkini

Terpopuler