Korea Selatan Sudah Membuka Sekolah Secara Penuh, Ini Kuncinya Menurut Mahasiswa yang Belajar di Korea

12 Juli 2021, 12:50 WIB
Ilustrasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Korea Selatan sudah membuka sepenuhnya sekolah, tapi Indonesia masih daring setahun lebih ini. /Antara Foto/Aswaddy Hamid/

JURNAL SOREANG- Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Jabar menggelar doa bersama menyambut tahun ajaran baru 2021-2022 "Optimalisasi Doa dan Ikhtiar Demi Terwujudnya Siswa Giat Belajar di Masa Pandemi Covid-19". 

Indonesia harus belajar dari Korea Selatan yang sudah membuka sekolah secara penuh.

Menurut kader IRMA Jabar yang kjni kuliah di Korea Selatan, Muhammad Irfansyah Maulana, pandemi Covid-19 benar-benar telah mengubah cara hidup manusia. Tidak hanya sektor kesehatan saja yang terdampak, melainkan juga sektor ekonomi, sosial, termasuk pendidikan.

Baca Juga: Kang DS Desak Vaksinasi untuk Anak agar Segera Belajar Tatap Muka, Surabaya Mulai Vaksinasi Usia 12-17

"Tidak hanya Indonesia yang tidak menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, peserta didik di berbagai belahan dunia pun awalnya sama," ujarnya, Minggu malam, 11 Juli 2021.

Gelombang pertama peningkatan kasus Covid-19 di Korea Selatan terjadi pada bulan Februari 2020, tidak jauh dari Indonesia yang melaporkan kasus pertamanya pada awal Maret 2020.

"Satu semester (setengah tahun) kemudian, Korea Selatan telah berhasil mengendalikan laju peningkatan kasus Covid-19. Kini, sekolah-sekolah dan institusi pendidikan seperti lembaga bimbel sekali pun sudah mulai dibuka dari pagi hingga petang, bahkan di kota-kota besar sekalipun seperti kota tempat saya tinggal ini, kota metropolitan terbesar ketiga di Korea Selatan, Kota Daegu," ujarnya.

Baca Juga: Kemendikbudristek Tegaskan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Bersifat Dinamis, Ini Maksudnya

Bukti nyatanya berdasarkan pengalaman pribadi, setiap hari Irfansyah pergi ke kampus dan diizinkan berkegiatan dari pagi hingga petang bahkan malam.

"Semester kemarin, hampir seluruh mata kuliah dilaksanakan secara tatap muka. Beberapa kali saya mampir ke supermarket di depan kampus, melihat para pelajar setingkat SD, SMP, SMA bahkan anak TK melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah nya atau dilaksanakan secara outdoor bersama," ujarnya.

Mengapa mereka bisa secepat dan sepercaya itu membuka sekolah untuk anak bangsanya?

"Dalam ruang berpikir masyarakat terutama di Korea Selatan, pendidikan adalah sektor yang paling penting sekaligus bergengsi dalam menentukan karier, masa depan, juga status sosial dalam masyarakat. Sehingga menurut mereka, institusi pendidikan mesti dibuka demi masa depan anak bangsanya," ucapnya.

Baca Juga: Covid-19 Melonjak, Menteri PPPA Minta Usulan Belajar Tatap Muka Dikaji Lagi

Berdasarkan pengamatan yang dia lakukan dan referensi dari berbagai sumber, ada beberapa kunci keberhasilan pembukaan institusi pendidikan di Korea Selatan di masa pandemi Covid-19.

"Yang pertama dan paling utama adalah kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Mereka benar-benar mematuhi SOP atau protokol kesehatan (prokes) Covid-19 yang dikeluarkan oleh otoritas setempat. Misal suatu waktu, pemerintah memberikan instruksi tidak boleh ke sekolah, belajar di rumah dll," ujarnya.

Mereka benar-benar diam di rumah, tidak datang ke sekolah. Suatu waktu sekolah dibuka secara bergilir (shifting), mereka betul-betul melaksanakan itu. Tak ada demo, tak ada protes dari orang tua.

Baca Juga: Ini Permintaan Kemendikbudristek dan Kemenag Soal Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Saat Pandemi

"Buah manisnya, akhirnya sekolah pun dapat dibuka penuh tentu dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Itulah mengapa mematuhi aturan sangat penting," katanya.

Warga Korea meyakini pemerintah tak akan semena-mena mengeluarkan kebijakan tentang mekanisme belajar kecuali berdasarkan hasil analisa yang matang demi kelangsungan hidup generasi anak bangsa kita.

"Pemerintah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Dinas Pendidikan, Kementerian Agama pastinya berisi orang-orang pintar, banyak ahli di dalamnya. Tentu kebijakan darinya mesti kita taati bersama, agar keinginan kita semua, pembelajaran tatap muka bisa kembali dibuka," katanya.

Baca Juga: Pemkot Bandung Hentikan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Akibat Lonjakan Covid-19

Yang kedua adalah kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana. Covid-19 bukan hanya menjadi penyakit, tapi juga bencana non alam bagi setiap negara karena dampaknya yang meluas hingga pada perekonomian negara.

"Kesadaran mitigasi bencana ini sangat penting sekali. Mitigasi bencana pada kasus Covid-19 ini adalah testing, tracing, treatment. Masyarakat Korea yang merasa demam, batuk, dan merasa gejala Covid-19 secara penuh sadar melakukan tes swab.Tidak ada istilah takut dipositifkan atau cuma sakit biasa," katanya.

Mengenai tracing di Korea, maka setiap tempat umum seperti restauran, tempat cukur, perpustakaan, dan lainnya, memiliki semacam daftar tamu untuk mengantisipasi jika suatu saat ada pengunjung yang positif Covid-19 sehingga tracing dengan sangat mudah dapat dilaksanakan.

Baca Juga: Sebelum Pembukaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Satgas Covid-19 Minta Semua Guru Sudah Divaksin

"Lalu treatment, orang yang merasa sakit dengan sadar ingin melakukan isolasi di rumah sakit. Orang yang merasa sehat, secara sadar melakukan vaksinasi demi tercapainya herd immunity, kekebalan kelompok agar pandemi Covid-19 dapat dikendalikan dan segera berakhir," katanya.

Kepercayaan terhadap pemerintah dan kesadaran terhadap mitigasi bencara ini adalah kunci untuk mengendalikan dan mengkahiri pandemi Covid-19. Inilah ikhtiar yang perlu kita lakukan bersama.

"Nah, hal positif berbeda dari Korea Selatan, masyarakat kita percaya pada doa. Di negara Korea Selatan ini, lebih dari setengah penduduknya tak beragama. Mereka tidak percaya Tuhan. Inilah kelebihan Indonesia. Kita percaya adanya Tuhan, Allah SWT yang akan melindungi kita. Oleh karenanya, kita perlu optimalkan doa beserta ikhtiar tadi di masa pandemi Covid-19. Inilah mungkin maksud dan tujuan dari tema acara ini optimalisasi doa dan ikhtiar demi terwujudnya siswa giat belajar di masa pandemi Covid-19," ujarnya.

Baca Juga: Wilayah Zona Kuning dan Hijau Diizinkan Belajar Tatap Muka, Berikut Penjelasan Bupati Bandung

Oleh karena itu, Irfansyah mengajak kepada seluruh kader IRMA, mari kita tingkatkan semangat belajar walau di masa pandemi Covid-19. Kita bisa menggunakan media pembelajaran yang ada.

"Belajar bersama guru secara daring, membaca buku, menyerap ilmu pengetahuan yang tersedia luas di jejaring internet, beribadah dengan giat, berdoa dengan matang di rumah, dan tentunya jangan lupa sering-sering membantu orang tua," katanya dalam acara dihadiri Kepala Kemenag Jabar, H. Adib.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler