Semakin Dilupakan, Asal Mula Kesenian Sintren yang Hampir Punah

- 30 Oktober 2021, 13:17 WIB
Semakin Dilupakan, Asal Mula Kesenian Sintren yang Hampir Punah
Semakin Dilupakan, Asal Mula Kesenian Sintren yang Hampir Punah /@cirebonpunya

JURNAL SOREANG - Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki kesenian dan budaya tradisional yang beraneka ragam, salah satu kesenian itu adalah seni tari Sintren.

Sintren merupakan kesenian tradisional yang berasal dari pesisir utara pantai Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Pemerhati seni budaya Erwindho menjelaskan, keberadaan kesenian sintren hampir punah karena tidak ada warga yang menganggap. Jika tidak ada upaya melestarikan, menurut Erwindho, kesenian sintren sebagai salah satu kekayaan budaya dan kearifan lokal ini tidak menutup kemungkinan akan punah dari perbendaharaan budaya bangsa.

Baca Juga: Mengejutkan, Sosok Ini Ungkap Raffi Ahmad Kurung Rafathar di Kamar Mandi Apa Penyebabnya?

Sintren dikenal juga dengan nama lain yaitu lais. Kesenian tradisional sintren ini merupakan tarian mistis, karena di dalam ritualnya mulai dari permulaan hingga akhir pertunjukan banyak ritual magis untuk memanggil roh atau arwah leluhur.

Ritual ini yang menjadikan kesenian sintren semakin memiliki sensasi seni yang kuat dan unik.

Asal mula munculnya kesenian sintren Kesenian sintren tidak bisa dilepaskan dengan kisah cinta antara Sulasih dan Raden Sulandono, seorang putra bupati di Mataram Joko Bahu atau dikenal dengan nama Bahurekso dan Rr. Rantamsari.

Baca Juga: Mempunyai 3000 Pasang Sepatu, Gaya Hidup Ibu Negara Filipina Ini, Bikin Geleng-geleng Kepala

Percintaan antara Sulasih dan Raden Sulandono tidak direstui oleh orang tua Raden Sulandono.

Sehingga Raden Sulandono diperintahkan ibundanya untuk bertapa dan diberikan selembar kain (sapu tangan) sebagai sarana kelak untuk bertemu dengan Sulasih setelah masa bertapanya selesai.

Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari pada setiap acara bersih desa diadakan, sebagai syarat dapat bertemu Raden Sulandono.

Baca Juga: Rincian Besaran Gaji TKI di Arab Saudi dalam 39 Bidang Pekerjaan, Rata-rata Diatas Rp30 Juta Perbulan!

Tepat pada saat bulan purnama upacara bersih desa diadakan, berbagai pertunjukan rakyat digelar, maka pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian pertunjukan.

Raden Sulandono turun dari pertapaannya secara sembunyi-sembunyi dengan membawa sapu tangan pemberian ibunya.

Sulasih yang menari kemudian dimasuki roh atau arwah Roro Rantamsari dan saat itu pulalah Raden Sulandono melemparkan sapu tangannya sehingga Sulasih pingsan.

Baca Juga: 5 Pemain Yang Memiliki Kemiripan Bermain Seperti Cristiano Ronaldo

Saat Sulasih kemasukan roh halus yang disebut Sintren dan pada saat Raden Sulandono melempar sapu tangannya disebut sebagai Balangan.

Balangan yaitu pada saat penari sintren sedang menari maka dari arah penonton ada yang melempar sesuatu ke arah penari sintren.

Setiap penari terkena lemparan maka sintren akan jatuh pingsan. Pada saat itulah pawang dengan menggunakan mantra-mantra tertentu kedua tangan penari sintren diasapi dengan kemenyan dan diteruskannya dengan mengusap wajah penari sintren dengan tujuan agar roh bidadari datang lagi sehingga penari sintren itu dapat melanjutkan menari lagi.

Baca Juga: Beri Sinyal Bahaya! Persipura Jayapura Percaya Diri Mampu Kalahkan Persib Bandung

Kemudian, penonton yang melemparkan uang tersebut diperbolehkan untuk menari dengan sintren dan itulah pelaksanaan dari pertunjukan kesenian sintren.

Kesenian sintren pada awal perkembangnya dipentaskan bersamaan datangnya musim panen maupun acara sedekah bumi di suatu desa sebagai rasa syukur atas panen yang didapat tapi untuk sekarang ini tari sintren sudah jarang dipentaskan.***

Editor: Handri

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x