JURNAL SOREANG- Alhamdulillah sudah dua kali mengunjungi ibukota Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan, yang selalu disuguhi kemewahan dan kemegahan kotanya.
Dua kali mengunjungi negara Sultan Hassanal Bolkiah ini laksana mimpi ini saat umrah plus Brunei Darussalam bersama dengan Amwa Tour dan Qiblat Tour beberapa tahun lalu.
Awalnya memang kesal karena penerbangan dengan Maskapai Royal Brunei harus lebih jauh jaraknya dan memutar karena dari Bandara Soekarno-Hatta harus ke Bandara Sri Begawan dulu baru melanjutkan ke Bandara Jeddah, Arab Saudi.
Baca Juga: Wisata Brunei Darussalam Dihiasi Kemegahan dan Kemewahan Masjid, Pagarnya Saja Berlapis Emas!
Apalagi pernah sekali merasakan pesawat Royal Brunei delay (terlambat terbang) karena masalah teknis.
Akhirnya berangkat umrah dari Kota Bandung selepas Shalat Subuh dan sampai di Madinah pada Subuh esok harinya atau perjalanan sekitar 20 jam!
Padahal biasanya kalau memakai pesawat direct (langsung) dari Jakarta ke Jeddah hanya butuh waktu sekitar 10 jam.
Brunei Darussalam yang mungil dengan jumlah penduduk sekitar 600 ribu orang sebagai negara yang masuk dalam 5 besar negara terkaya di dunia versi Forbes.
Rata-rata pendapatan penduduknya lebih dari 48 ribu dollar AS per tahun atau sekitar Rp750 juta.
Hal itu karena Brunei Darussalam dikenal memiliki kemampuan manajerial yang baik dalam pengelolaan minyak bumi dan gas alam yang banyak dimilikinya.
Baca Juga: Mendiang Pangeran Azim Cerminan Wibawa Sultan Hassanal Bolkiah
Kemajuan negara serumpun ini juga ditandai dengan infrastruktur dan fasilitas yang terdapat di negeri ini.
Karena pendapatan yang tinggi sehingga harga barang-barang pun cukup tinggi.
Mata uang Brunei Darussalam yakni Dollar Brunei setara dengan Rp10.600 per satu dollarnya.
Baca Juga: Selain Pelihara Harimau, Berikut 4 Fakta Pangeran Abdul Mateen Bolkiah yang Jarang Diketahui
Ketika Jurnal Soreang melihat harga barang-barangnya souvenir di Hotel Brunei maupun satu-satunya mal milik kesultanan di Bandar Seri Begawan, maka kagetnya minta ampun.
Satu pigura foto kecil ukuran sekitar 10 cm x 15 cm yang terbuat dari bahan karet dan plastik dibanderol 20 dollar Brunei atau sekitar Rp215 ribu.
Demikian pula kaos oblong tanpa lengan dengan gambar masjid megah di Brunei dihargai lebih dari 30 dollar Brunei atau lebih dari Rp340 ribu per buah.
Padahal, kaos oblong yang dijual para pedagang di kawasan Jln. PHH Mustofa (Suci), Kota Bandung, harganya kurang dari Rp50 ribu dengan kualitas bagus.
Jangan bayangkan di Kota Bandar Seri Begawan akan mudah menemukan toko suvenir bagi para wisatawan.
Biasanya pemandu (guide) membawa wisatawan ke lobi hotel yang ada toko suvenir hingga tidak seperti di Indonesia yang toko suvenir menjamur apalagi di tempat wisata.
Akhirnya dua kali ke Brunei Darussalam juga sebatas membeli oleh-oleh kelas murah meriah dan hanya beli 1 kaos oblong.
Wajar bila sekelas guru besar UPI Bandung, Prof. Dr. H. Uman Suherman, saat berkunjung ke luar negeri membeli oleh-oleh kaos juga dari pedagang kaos di Kota Bandung.
"Tinggal saya foto contoh kaos misalnya saya Jepang lalu saya foto kaosnya. Nah, gambar kaos itu saya kirimkan ke anak di Bandung untuk dicetak dengan pesan ke pengusaha kaos Bandung," kata mantan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Jabar dan Banten ini.
Cara pintar dan menghemat dana karena penerima kaos juga tidak akan tahu kalau kaosnya tetap Made in Bandung hehe.***