Penyebab Performa Tim Mengecewakan hingga Alpine Copot Jabatan Keempat Sosok Ini

- 2 Agustus 2023, 15:34 WIB
Mobil Alpine Formula One.
Mobil Alpine Formula One. /Twitter

Sebenarnya, Alpine yang sebelumnya bernama Renault menunjukkan progres positif dengan menempatkannya di lima besar klasmen konstruktor Formula One musim 2018 hingga 2020. Dibawah kepemimpinan Cyril Abiteboul, Renault menjadi tim yang diperhitungkan di papan tengah dan panen poin. Tapi semua itu berubah sejak ganti nama menjadi Alpine pada musim 2021 dan penunjukkan Laurent Rossi sebagai CEO Alpine.

Pada musim 2021, perjalanan tim ini mulus. Bahkan mendapatkan dua kali podium di musim 2021. Salah satunya ada kemenangan GP Hungaria musim 2021 melalui Esteban Ocon. Yang berakhir dengan peringkat kelima klasmen konstruktor Formula One musim 2021.

Tapi perjalanan tim untuk menjadi tim papan atas mulai kacau di musim 2022 karena Laurent Rossi yang ambisius ditambah sikap keras kepala dan arogan yang suka memkasa kehendaknya agar tim Alpine kembali berjaya. Hal ini yang menyebabkan Alain Prost, selaku penasihat Alpine waktu itu mengundurkan diri karena tidak sejalan dengan Laurent Rossi. Bahkan rival dari mendiang Ayrton Senna ini menyebut pengangkatan Laurent Rossi sebagai CEO Alpine adalah kesalah besar Alpine.

Menurut wawancaranya dengan media L'Equipe, Laurent Rossi punya karakter yang sombong, arogan, dan sok pintar selain kurang humanis selama ia menjadi CEO Alpine. Selain Prost, Marcin Budkowski yang menjabat Team Principal Alpine juga mundur karena tidak sejalan dengan Rossi. Bahkan mantan bos tim Suzuki di MotoGP, Davide Brivio juga diyakini tidak betah di Alpine karena Laurent Rossi.

Baca Juga: Peringatan! Setiap Bungkus Rokok di Kanada Mencantumkan Peringatan Kesehatan

Harus diakui, visi seperti Laurent Rossi yang ambisius diperlukan demi menagangkat moral tim. Namun caranya yang medioker dan asal bapak senang. Hal ini bikin visi Laurent Rossi jadi bumerang dan merusak progres Alpine yang sudah berjalan selama dua tahun ke belakang. Salah satunya adalah cara Laurent Rossi yang meminta Renault utnuk membuat mesin yang kompetitif.

Renault yang baru saja mengubah konsep mesin menjadi split turbo buat musim 2022 membutuhkan banyak R&D dan proses validasi untuk menyempurnakan mesin baru yang dimana regulasi enzine frezze yang melarang pengembangan performa mesin. Tetapi, Laurent Rossi memaksa pihak Renault untuk memaksimalkan kinerja mesin hingga titik darah penghabisan agar menghasilkan power sekuat mungkin. Bahkan untuk mengejar waktu, Renault tidak bisa melakukan validasi secara menyeluruh di mesin barunya.

Positifnya, Renault menghasilkan kekuatan mesin yang kuat. Negatifnya adalah Renault mengorbankan reabilitas atau ketahanan mobil yang buruk. Intinya kekuatan mobil adalah nomor satu, ketahanan mesin mobil nomor sekian karena engine frezze masih memperbolehkan perbaikan reabilitas. Gambarannya ini mirip dengan pemahaman Elon Musk dalam mengembangkan mobil Tesla.

Tapi itu tidak semudah yang mereka pikirkan. Renault kesulitan memperbaiki ketahanan atau reabilitas mesin dan harus melakukan pengorbanan, seperti power mesin yang diturunkan agar komponnen mesin lebih awet. Ini adalah penurunan performa tim dan pastinya disusul oleh tim Formula One lain. Data telemetri rata-rata speedtrap juga membuktikan bahwa mesin Renault hanya sedikit unggul dari mesin Mercedes.

Baca Juga: Bukan Arab Saudi! Ini Negara yang Pertama Kali Mengakui Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: YouTube F1 Speed Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x