Jangan Ragu Vaksinasi Covid-19, Indonesia Pernah Menang Kemenangan Melawan Polio dengan Vaksin

- 17 November 2020, 19:45 WIB
Dialog Vaksinasi
Dialog Vaksinasi /

JURNAL SOREANG – Perang melawan virus korona yang menyebabkan Covid-19, masih belum usai.

Hal itu tak lepas dari pertambahan kasus konfirmasi positif yang masih terjadi hingga saat ini.

Berbagai upaya pencegahan pun terus digencarkan oleh pemerintah bersama seluruh elemen masyarakat.

Baca Juga: Asik Hari Ini BLT Cair, Kemendikbud Gulirkan Bantuan Untuk Tenaga Didik sebesar Rp1,8 juta per orang

Salah satunya adalah penerapan protokol kesehatan 3M serta metode antisipatif secara medis, 3T.

Pencegahan dengan protokol kesehatan masih tetap akan menjadi garda terdepan dalam perang melawan virus korona.

Namun tak akan lama lagi, senjata lain yang cukup ampuh juga akan segera tersedia, yaitu vaksin.

Baca Juga: Cegukan Bisa Sangat Menggangu. Kenali Penyebab dan Kiat Mengatasinya

Vaksin memang hampir selalu menjadi senjata pamungkas dalam setiap perang melawan virus penyebab berbagai penyakit di dunia.

Soalnya, vaksin berfungsi untuk membentu daya tahan atau antibodi di dalam tubuh manusia guna melawan penyakit tertentu.

Tujuan utamanya adalah, mencegah seseorang terjangkit penyakit tersebut, yang dinilai selalu lebih baik dari pada mengobatinya setelah terjangkit.

Baca Juga: Kawasan Hutan Bisa untuk Pembangunan Food Estate Termasuk Hutan Lindung

Hal itu merupakan satu dari sekian kesimpulan yang bisa ditarik dari acara Dialog Produktif bertema ‘Belajar dari Sukses PIN Polio’, yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa 17 November 2020.

Dalam dialog tersebut, terungkap bahwa peran vaksinasi atau imunisasi sudah terbukti sebagai interfensi kesehatan masyarakat yang spesifik dan efektif dari segi biaya.

Konsultan Imunisasi dan Pengawasan untuk Lembaga Pencegahan dan Pengendalian Penyakit CDC Atlanta Kantor Indonesia, dr. Jane Soepardi mengatakan, imunisasi melalui vaksin, terbukti sebagai pendekatan kesehatan masyarakat yang paling efektif.

Baca Juga: Lurah Petamburan Reaktif Covid-19, Saat Klarifikasi Terkait Dugaan Pelanggaran Prokes Acara HRS

Dengan kata lain, telah terbukti juga bahwa tanpa vaksin dan program imunisasi, manusia tidak bisa menang dalam perang melawan virus.

Salah satu buktinnya adalah upaya imunisasi massif yang pernah dilakukan oleh pemerintah dalam program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang dimulai sejak 1995, yang saat itu bertujuan untuk menekan virus polio.

Menurut Jane, kunci sukses untuk membebaskan Indonesia dari polio adalah dukungan dari jajaran pemerintah yang memiliki keinginan kuat untuk menghapus virus tersebut dari Indonesia.

Baca Juga: Doa Nabi Ibrahim untuk Kebaikan Keturunan

Selain itu, dukungan sumberdaya tenaga kesehatan dan logistik yang cukup, juga membantu Indonesia terbebas polio.

“Tidak kalah penting juga, komunikasi dengan masyarakat melalui berbagai media terlaksana dengan baik, sehingga imunisasi dengan vaksin yang sesuai, mampu diterima dan terbukti sebagai pendekatan kesehatan yang efektif,” kata Jane.

Sementara itu Penasihat Field Epidemiology Training Program (FETP), dr. I Nyoman Kandun, MPH mengatakan, imunisasi merupakan investasi masa depan bagi anak Indonesia.

Baca Juga: Waduh, Biaya Pengobatan Soerang Pasien Covid-19 Juga Bisa Sampai Rp600 Juta

“Pemberian vaksin oral polio pada 1995-1997 diberikan pada siapa saja, tanpa memandang seseorang itu sudah diberikan vaksin polio secara rutin atau belum. Bagi yang telah mendapat imunisasi polio rutin, maka pemberian kembali vaksin polio akan memperkebal daya tahan tubuhnya. Mereka yang belum mendapat vaksin polio, maka bisa dikatakan mendapatkan imunisasi dasar,” tutur Nyoman.

Menurut Nyoman Kandun, masyarakat perlu mengetahui tahap-tahap penanganan penyakit menular, yaitu mengontrol, mengeliminasi dan mengeradikasi.

“Mengontrol adalah menekan insiden penyakit menular. PIN saat itu bertujuan untuk mengeradikasi polio di Indonesia,” kata Nyoman.

Baca Juga: LDII: Kami di Bawah Naungan MUI Bukan Aliran Tertutup Apalagi Sesat

Nyoman menambahkan, mengeliminasi adalah menekan hingga angka yang sangat rendah, bisa sampai nol, tapi virusnya tidak hilang.

Sedangkan mengeradikasi artinya di samping kita bisa menekan penularan sampai nol, virusnya juga bisa hilang.

“Seperti misalnya cacar yang tidak ditemukan lagi adanya virus cacar, sehingga kita bisa dikatakan mengeradikasi cacar,” kata Nyoman.

Baca Juga: Awasi Netralitas ASN Jelang Pilkada, Pemkab Bandung Gerakan Satgas Khusus

Nyoman melansir, cakupan imunisasi rutin polio yang sejak 1995, sempat menurun akibat terdampak krisis multi dimensi pada periode 1998-2002.

Namun pada 2002, pemerintah kembali menggelar PIN dan pada 2005 virus polio liar (wild polio virus )teridentifikasi di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat.

“Penanganan virus polio di Cidahu sebenarnya telah dilakukan dalam tindakan cepat yang dikenal sebagai sub PIN, supaya virus polio liar yang masuk dari Cidahu tidak menyebar. Tapi virus tersebut menyebar ke Sumatera dan wilayah lainnya” tutur Nyoman.

Baca Juga: Doa Nabi Nuh Mohon Ampunan Buat Orangtua

Pemerintah, kata Nyoman, kemudian menetapkannya sebagai Kondisi Luar Biasa (KLB), sehingga kembali menggelar PIN.

Hasilnya, polio kembali sukses diberantas pada 2006 dan pada 2014 label bebas polio diberikan WHO kepada Indonesia.

"Sampai saat ini tidak ditemukan lagi penderita polio yang disebabkan virus polio liar. Jadi apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus? Cakupan imunisasi harus setinggi-tingginya, bila perlu 100 persen," kata Nyoman.***

Editor: Handri

Sumber: KPCPEN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah