Ingin Lebih Meningkat, Desa Penghasilan Ikan Teri Terbanyak di Pulau Morotai Butuh Perhatian Pemerintah

- 2 April 2024, 20:31 WIB
Ilustrasi Ikan teri yang dijemur, nelayan Desa Pilowo, Kabupaten Pulau Morotai yang membutuhkan dorongan bantuan pemerintah.
Ilustrasi Ikan teri yang dijemur, nelayan Desa Pilowo, Kabupaten Pulau Morotai yang membutuhkan dorongan bantuan pemerintah. /Ranto Daeng Bedu /Jurnal Soreang
JURNAL SOREANG - Desa Pilowo merupakan desa yang berbeda di Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.
 
Desa tersebut memiliki sumber daya alam yang sangat besar, mulai dari hasil laut sampai pertanian.
 
Masyarakat di desa tersebut juga memiliki pekerjaan yang berbeda-beda ada yang bekerja sebagai petani dan ada juga yang bekerja sebagai nelayan.
 
 
Selasa, 2 April 2024. Jurnal Soreang mengunjugi Desa Pilowo dengan mengunakan sepeda motor, jarak yang ditempuh sekitar 15-20 menit dari Desa Daruba.
 
Sesampai disan, kami bertemu dengan beberapa Ibu-ibu yang sedang membersihkan ikan sardin yang masih bayi atau ikan teri yang sudah dikeringkan. Di Morotai dikenal dengan nama ikan gaffi.
 
Setelah itu, kami berbincang-bincang dengan seorang, Ibu-ibu yang bernama Irmah Wati Rowo (40 tahun). Irmah bercerita kepada kami, ia merupakan seorang pengusaha lokal ikan teri di Desa Pilowo.
 
Irmah, mengaku usahan yang ia jalankan itu sudah kurang lebih 4 tahun lamanya. Ikan teri yang ia dapatkan, kata Irmah, itu dari sejumlah nelayan di Desa Pilowo.
 
 
Namun, lajut Irmah, ia tidak membeli ikan teri yang sudah dikeringkan, tetapi ia membeli ikan teri yang masih mentah dengan harga Rp 100 ribu rupiah per ember cat yang berukuran besar.
 
"Saya, jadi pengusaha ikan teri ini sudah kurang lebih 4 tahun. Saya kesana ke nalayan bawah ember cat terus saya beli di nelayan, terus bawah ke rumah lalu kita proses," kata Irmah, kepada Jurnal Soreang.
 
"Nelayan, ambil ikan itu dilaut pakai bagang apung, mereka (nelayan) jual sama saya itu satu ember cat dengan harga paling murah Rp 100 ribu rupiah samapi dengan paling mahal itu Rp 150 ribu rupiah," jelasnya.
 
Namun, lanjut Irmah, itu tergantung ukuran ikan. "Tapi, itu sesuai dengan dia punya ukuran ikan, kalu yang alus (kecil sekali) itu harganya Rp 150 ribu rupiah per ember cat, kalu yang tengah (sedang) kadang Rp 125 ribu rupiah per ember samapi Rp 130 rupiah per ember, yang besar itu Rp 100 ribu rupiah," tuturnya.
 
 
Meski demikian, Irmah bilang, proses pengeringan ikan teri tergantung dengan cuaca, kalu cuacanya bagus itu biasanya satu samapi dua hari sudah kering. " Kalu, cuacanya bagus itu kadang satu hari lebih sudah kering," kata dia.
 
Irham mengatakan pendapatnya, banyak dan tidaknya itu tergantung hasil tangkapan nelayan di laut.
 
"Kalau, model si kami tidak banyak. Kandang dalam satu bulan kami tidak dapat. Pokonya itu tergantung dengan hasil laut (nelayan)," jelasnya.
 
Berkat usaha tersebut, Irmah mangaku, bersyukur karena ia bisa membantu suaminya dan bisa menghidupi keluarganya.
 
 
"Alhamdulillah, bisa dan saya juga bantu-bantu sumai untuk setoran mobil. Alhamdulillah bisa bantu anak-anak punya biaya sekolah, untuk makan sehari-hari," ucapnya.
 
Disisi lain, Irmah juga berharap ada perhatian khusus Pemerintah Daerah Pulau Morotai, terhadap Desa Pilowo. Karena, Desa Pilowo satu-satunya Desa di Morotai yang menghasilkan ikan teri terbanyak.
 
"Harapannya, untuk pemerintah pulau Morotai, perhatikanlah desa Pilowo. Karena di Morotai yang banyak ikan teri itu cuman di Pilowo coba dikembangkan seperti apa, harus ada tempat penampungan satu agar orang Morotai sudah tidak lagi membeli ikan teri di luar Morotai dan orang luar yang datang di Morotai, bisa tahu desa Pilowo banyak ikan gaffi (ikan teri kering)," tutupnya berharap.***

Editor: Rustandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x