Perbedaan status, pangkat, hingga latar belakang pendidikan membuat PGHB sulit untuk memperjuangkan nasib anggotanya.
Selain PGHB, ada berbagai organisasi guru lain yang berkembang seperti Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB).
Ada juga organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Situasi yang saat itu tengah dijajah Belanda, membuat perjuangan guru tidak hanya fokus pada perbaikan nasib dan kesetaraan hak dan posisi saja.
Perjuangan para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut memuncak menjadi perjuangan nasional dengan satu tujuan yaitu merdeka.
Semangat juang para guru pada masa kolonial Belanda melahirkan sebuah kesadaran.
Sebanyak 32 organisasi guru yang berbeda latar belakang, paham, hingga golongan sepakat untuk bergabung dan mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1932.
Kata Indonesia pada nama organisasi hasil peleburan 32 organisasi guru tersebut membuat pemerintah Belanda tidak senang karena mencerminkan semangat kebangsaan.