Viral Kisah Mahasiswa KKN 15 Tahun! Wisuda dengan Gelar Kehormatan dan Namanya Dijadikan Jalan

- 20 September 2021, 17:10 WIB
Ilustrasi Para petani melaksanakan panen padi di kawasan pesawahan Cipasang, Kecamatan Cibugel beberapa waktu lalu. Mahasiswa IPB KKN sampai 15 tahun di desa.
Ilustrasi Para petani melaksanakan panen padi di kawasan pesawahan Cipasang, Kecamatan Cibugel beberapa waktu lalu. Mahasiswa IPB KKN sampai 15 tahun di desa. /kabar-priangan.com/Nanang Sutisna/

JURNAL SOREANG - Viral di Twitter kisah seorang mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 15 tahun.

Selain KKN, mahasiswa itu juga mengabdi di desa terpencil bernama desa Waimital, Pulau Seram, yang membuat banyak orang terinspirasi olehnya.

Dia adalah M. Kasim Arifin, seorang mahasiswa Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor pada tahun 1964.

Baca Juga: Penghasilan Lord Adi Sebagai Petani Hanya Rp1 Juta dalam 6 Bulan, Tak Bisa Beli Beras dan Cuma Makan Telur

Ditugaskan untuk mengabdi, Kasim dan teman-temannya mengenalkan Program Panca Usaha Tani.

Mulai dari membuka jalan desa, membangun sawah-sawah baru, membuat irigasi, dan lainnya.

Seharusnya Kasim KKN di Waimital selama tiga bulan, namun ia merasa tanggung jawabnya belum selesai.

Bahkan saat teman-temannya pulang, di wisuda hingga lulus, ia tetap setia menjadi petani selama 15 tahun.

Baca Juga: Komisi II DPR RI: Tanah HGU dan HGB Punya Perusahaan Besar Terlantar Bisa Dialihkan untuk Petani

Bahkan saking menginspirasinya, nama Kasim digunakan sebagai nama jalan desa.

Tidak hanya itu, namanya juga diabadikan dalam sebuah puisi oleh penyair tekenal, Taufik Ismail.

Selama menjadi warga KKN di sana, setiap hari Kasim harus berjalan sejauh 20 kilometer untuk mengolah lahan pertanian bersama petani di sana.

Selain mengolah lahan, ia juga memajukan desa dengan membuka akses jalan, membangun lahan pertanian baru hingga membangkitkan semangat begotong-royong antar warga desa.

Baca Juga: Harga Cabai Anjlok, Petani Menjerit, Ini Tanggapan Anggota DPR

Saking sepenuh hati mengabdi pada petani hingga 15 tahun lamanya, banyak pihak yang membujuknya untuk pulang dan menyelasaikan kuliahnya.

Bahkan dia mendapat panggilan dari kampusnya, namun tidak dipedulikan, dan orangtuanya juga meminta agar ia pulang, namun tidak dihiraukan oleh Kasim.

Barulah ketika sahabanya yang diutus oleh Rektor IPB untuk menjemput Kasim kala itu, akhirnya ia berhasil membawa Kasim untuk pulang.

Baca Juga: Masalah Klasik yang Belum Terpecahkan, Bulog Belum Mampu Serap Gabah Petani

Kasim mendapat gelar insinyur pertanian istimewa, bukan karena skripsi atau ujian kampus.

Namun karena baktinya selama 15 tahun yang tanpa pamrih dan tak digaji di Waimital.

Saat Kasim diwisuda, ketika ia datang semua orang berdiri dan bertepuk tangan. Dedikasinya membuat banyak orang merinding.

Kasim memperoleh penghargaan Kalpataru dari pemerintah untuk jasa-jasanya.

Baca Juga: Harga Gabah Tingkat Petani Turun, Anggota Dewan Usul Ubah Kebijakan HET Jadi Harga Dasar

Ia disapa sebagai ‘Atua’ oleh masyarakat Waimital, yaitu sebuah sebutan bagi orang yan dihormati di Maluku.

Selain itu ia juga aktif sebagai aktivis lingkungan hingga akhir hayatnya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: IG @campuspedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x