Bahkan saking menginspirasinya, nama Kasim digunakan sebagai nama jalan desa.
Tidak hanya itu, namanya juga diabadikan dalam sebuah puisi oleh penyair tekenal, Taufik Ismail.
Selama menjadi warga KKN di sana, setiap hari Kasim harus berjalan sejauh 20 kilometer untuk mengolah lahan pertanian bersama petani di sana.
Selain mengolah lahan, ia juga memajukan desa dengan membuka akses jalan, membangun lahan pertanian baru hingga membangkitkan semangat begotong-royong antar warga desa.
Baca Juga: Harga Cabai Anjlok, Petani Menjerit, Ini Tanggapan Anggota DPR
Saking sepenuh hati mengabdi pada petani hingga 15 tahun lamanya, banyak pihak yang membujuknya untuk pulang dan menyelasaikan kuliahnya.
Bahkan dia mendapat panggilan dari kampusnya, namun tidak dipedulikan, dan orangtuanya juga meminta agar ia pulang, namun tidak dihiraukan oleh Kasim.
Barulah ketika sahabanya yang diutus oleh Rektor IPB untuk menjemput Kasim kala itu, akhirnya ia berhasil membawa Kasim untuk pulang.
Baca Juga: Masalah Klasik yang Belum Terpecahkan, Bulog Belum Mampu Serap Gabah Petani
Kasim mendapat gelar insinyur pertanian istimewa, bukan karena skripsi atau ujian kampus.