"Kita ini tidak pernah berhasil dalam mengelola kebutuhan daging secara nasional. Padahal kebutuhan tersentralisasi di kota besar terutama Jabotabek, Medan, Bandung dan Surabaya," ujarnya.
Segala macam program seperti penyelamatan sapi betina produktif, sensus sapi rakyat, penyilangan bibit unggul dan lain sebagainya, tetap ada waktu-waktu tertentu daging mahal sehingga akhirnya impor daging.
Baca Juga: 'Macan Sumatra' Seberat 1,3 Ton Terpilih Jadi Hewan Kurban Presiden Joko Widodo
"Keika para peternak tidak terserap hewan qurbannya di tahun ini, akan terjadi banyak konsekuensi di kalangan mereka. Pertama pendapatan mereka menurun drastis. Kedua, ketersediaan hewan cukup melimpah. Sehingga para peternak ini perlu di dampingi baik sisi modal maupun pemasarannya di kemudian hari," ujarnya.
"Iedul Qurban tahun ini meskipun terjadi penurunan jumlah, saya berharap tidak mengurangi kualitasnya," katanya.
Dengan tetap berjalannya protokol kesehatan yang sangat ketat, memang menjadi suasana kurban berbeda dari tahun-tahun sebelum pandemi.
"Semoga para peternak tetap semangat untuk mengembangkan peternakan sapi dan kambingnya, dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri pasca iedul adha dapat dilakukan tanpa melakukan import daging," tutup Andi Akmal Pasluddin.***