Meutia Hatta : Penanggulangan Stunting Pendekatan Multidisiplin Sangat Dibutuhkan

- 5 Juli 2021, 23:51 WIB
Meutia Hatta Swasono guru besar Departemen Antrologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.dari Universitas Indonesia (UI) dalam Webinar Series Harganas 21 secara virtual, 5 Juli 2021
Meutia Hatta Swasono guru besar Departemen Antrologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.dari Universitas Indonesia (UI) dalam Webinar Series Harganas 21 secara virtual, 5 Juli 2021 /Irfan HQ/BKKBN Jabar

Tiga guru besar tersebut menjadi bagian dari 100 profesor yang dimintai sarannya oleh BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia.

Webinar dipandu Ketua Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) Jawa Barat Ferry Hadiyanto.

Baca Juga: Mang Oded: Kota Bandung Siap Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Barat

Sebelum ketiga professor ini menyampaikan materinya, berturut-turut menyampaikan sambutan dalam kegiatan ini Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, Deputi Kepala BKKBN Bidang Pelatihan dan Pengembangan Rizal Damanik, dan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga (PKK) Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil.

“Di sinilah kerja sama antara pihak peneliti di bidang kedokteran atau kesehatan dengan bidang antropologi dapat bekerjasama. Dalam perencanaan dan pelaksanaan program gizi untuk mencegah stunting misalnya. Ilmuwan kesehatan dapat menyampaikan komunikasi kesehatan yang mudah dipahami kader dan masyarakat melalui bekerjasama dengan ilmuwan komunikasi yang mengetahui infografis yang tepat dan efektif,” ungkap Meutia Hatta.

Ilmuwan antropologi dapat memberi masukan mengenai aspek sosial-budayanya.

Baca Juga: Jadi Bunda Genre Jawa Barat: Atalia Praratya Ridwan Kamil: Generasi Berencana Keren Cegah Stunting

Sementara, dari ilmuwan psikologi diperlukan pemahaman mengenai tipe kepribadian masyarakat yang perlu diberi program pemenuhan gizi, tambahnya.

Dari sisi disiplin ilmu gizi, Hardinsyah menekankan pentingnya pemenuhan gizi sejak awal 1000 hari pertama kelahiran.

Perbaikan gizi dimulai dari ibu hamil, ibu menyusui, pemberian air susu ibu (ASI), dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat, aman, dan bergizi.

Halaman:

Editor: Handri

Sumber: BKKBN Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x