Baca Juga: Aktivis Literasi Pun Terjun Bantu Galang Dana Palestina, Materi Juga Dibutuhkan Bukan Hanya Doa
Gerakan literasi tidak hanya sebatas memberikan bacaan kepada masyarakat, tapi juga mengajak masyarakat untuk menjadi orang-orang yang memproduksi bacaan.
Sependapat, penulis Reda Gaudiamo menilai melalui kegiatan ini, sekarang penulis memiliki wadah untuk berkreasi.
“Sekarang ini waktunya untuk bekerja sama, jadi penulis, penerbit punya rumah karena selama ini semua jalan sendiri-sendiri. Kalaupun penulis bergerak oleh penerbitnya, kalau penerbitnya sendiri berjuang sendiri,” urainya.
Baca Juga: Menarik Minat Baca dan Budaya Literasi Masysarakat, Begini Cara Duta Baca Indonesia Gol A Gong
Sementara itu, Dewi Lestari, mengungkapkan banyak orang merasa sulit menulis karena terkendala ide dan bahan cerita.
Buntutnya, menurut penulis yang biasa disapa Dee ini, menulis menjadi hal yang menakutkan. Menurutnya, ada banyak hal yang dapat dijadikan bahan cerita, tetapi yang menjadi tantangannya adalah kemampuan menulis.
Padahal, kemampuan menulis dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang pekerjaan.
Baca Juga: Bunda Literasi Kabupaten Bandung: Para Siswa Sudah Rindu dengan Sekolah, Orangtua Juga Sudah Pusing
“Ide ataupun inspirasi itu hanya sebagian saja dari kegiatan menulis, tetapi memiliki ide tidak cukup untuk kemudian mengembangkannya menjadi tulisan. Ide adalah benih, tapi kalau benih ini mau kelihatan, butuh sesuatu ekstra di luar daripada itu. Sehingga dibutuhkanlah yang namanya skill-skill. Inilah yang kemudian kita pelajari, kita kembangkan,” paparnya.