Beri Kode Soal Presiden 3 Periode Lewat Koyo, Arief Poyuono: Kalau Jokowi dan SBY Bisa Nyalon, Seru Nih 2024

- 15 Maret 2021, 17:34 WIB
Mantan politisi Partai Gerindra Arief Poyuono memberikan kode wacana presiden 3 periode lewat jumlah koyo di tubuhnya
Mantan politisi Partai Gerindra Arief Poyuono memberikan kode wacana presiden 3 periode lewat jumlah koyo di tubuhnya /@bumnbersatu

JURNAL SOREANG - Terus menggaungkan wacana jabatan presiden 3 periode, mantan politisi Partai Gerindra Arief Poyuono memberikan kode kepada para tokoh potensial, lewat foto dirinya yang memakai '3 koyo' di tubuhnya.

Foto itu diunggah oleh Arief dalam cuitan di akun twitter pribadinya @bumnbersatu, Senin 15 Maret 2021.

Dalam foto itu, Arief memakai 1 koyo di bagian kening serta 2 lagi di bagian perutnya.

Baca Juga: Siaran Langsung Lamaran Atta-Aurel Dinilai Melanggar, KPID Jabar Rekomendasikan Sanksi untuk RCTI

Baca Juga: Resmi Menikah, Ini Pesan Romantis dan Menyentuh dari Ustadz Syam Untuk Sang Istri, Jihan Salsabila

Dalam keterangan foto di cuitan tersebut, Arief menulis bahwa itu memang kode untuk sejumlah tokoh yang bisa meramaikan pemilihan presiden (pilpres) 2024 jika masa jabatan 3 periode benar-benar terwujud.

"Banyak Netizens bingung liht gambar saya..memakai Koyo di tubuh . Ini kode utk @jokowi @ganjarpranowo @aniesbaswedan @ridwankamil @SBYudhoyono @AgusYudhoyono @sudjiwotedjo tolong mas sudjiwo tedjo di terangkan," ujar Arief.

Dari sederet tokoh yang diberi 'kode' tersebut, yang menarik adalah nama Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Presiden RI dua periode dan Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini memasuki periode kedua jabatannya sebagai presiden.

Dalam cuitan sebelumnya, Arief juga memang menyuarakan serunya jika Jokowi dan SBY ikut serta dalam kontestasi Pilpres 2024.

"Siapa yang setuju kalau masa jabatan presiden terpilih bisa dipilih lagi sampai tiga periode & Jokowi, SBY bisa nyalon di pilpres 2024.periode 2 SBY menang hampir 70 %loh Jokowi cuma 55% pasti seru banget nih 2024 ..," katanya.

Baca Juga: 4 dari 7 Venue Rampung, Jokowi Pastikan PON XX dan Peparnas XVI Digelar 2021

Baca Juga: Taati Hukum! PHP Kabupaten Bandung Masih Berproses di MK, Sachrial: Tidak Ada Istilah Bupati-Wabup Terpililih

Seperti diketahui, SBY memang dua kali memenangi Pilres 2008 dengan raihan suara yang cukup signifikan dari pesaingnya.

Pada Pilpres langsung pertama kali yang digelar pada 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK), meraih 60,62 persen, unggul atas Megawati Soekarnoputri-Hasyam Muzadi yang hanya meraih 39,38 persen.

Tampil sebagai petahana di Pilpres 2009, SBY yang kemudian berpasangan dengan Boediono, juga perkasa meraup 60,8 persen suara, mengalahkan Mega-Prabowo (26,79 persen) dan JK-Wiranto (12,41 persen).

Sedangkan Jokowi yang menggandeng JK pada Pilpres 2014, hanya meraih 53,15 persen, bersaing ketat dengan Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa dengan raihan 46,85 persen.

Bersama Ma'ruf Amin, Jokowi juga hanya meraih 55,5 persen suara, karena harus mengatasi perlawanan ketat dari lawan yang sama, Prabowo yang kali itu menggaet Sandiaga Uno.

Pada Pilpres 2024, aturan pembatasan 2 periode jelas membuat Jokowi tidak akan lagi menjadi hadangan bagi Prabowo jika ia masih ingin mencalonkan diri.

Namun ia harus menghadapi nama-nama lain yang tengah naik daun seperti Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil serta putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Meskipun tak kalah pamor, namun para tokoh yang tengah naik daun itu, belum tentu bisa menyaingi hegemoni Prabowo yang dua kali memberi batu sandungan pada Jokowi.

 

Namun jika aturan dua periode diubah menjadi tiga periode, persaingan ketat bakal terjadi tak hanya antara Prabowo dengan Jokowi, tetapi juga dengan SBY.

Terkait wacana presiden tiga periode sendiri, Arief mengungkapkan bahwa alasan ia menyuarakan itu adalah karena catatan menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia tak banyak mengalami kemajuan selama 2 periode jabatan Jokowi maupun SBY.

Di sisi lain, kemajuan pesat dialami oleh negara ini, ketika Soekarno dan Soeharto menjabat sebagai presiden selama lebih dari 20 tahun.

"Catat sejak era demokratisasi dan jabatan presiden 2 periode itu, jumlah utang Indonesia makin numpuk dibandingkan dengan era Sukarno dan Suharto loh. Dan tidak sebanding dengan kemajuan masyarakatnya. @jokowi @SBYudhoyono," ujar Arief.

Dari catatan itu, Arief menyimpulkan bahwa sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih terbiasa dipimpin oleh presiden dengan masa jabatan lebih dari dua periode.

Selama presiden tersebut dan keluarganya tidak membuat rakyat susah, Arief menilai masyarakat tidak akan berontak.

"base on sejarah masyarakat Indonesia itu sudah terbiasa di pimpin oleh presiden dgn masa jabatan lebih dari dua periode. mirip sistim monarki. Sepanjang sang Raja & keluarganya tdk membuat rakyat susah maka rakyat tidak akan berontak & ingin raja. @jokowi @SBYudhoyono," kata Arief.***

Editor: Handri

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah