La Nina Berlalu, El Nino Datang: BMKG Waspadai Kelangkaan Air dan Kebakaran Hutan

8 Juni 2023, 18:41 WIB
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati /PMJ News

JURNAL SOREANG - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati meminta masyarakat mewaspadai dampak El Nino.

Dwikorita menjelaskan, berdasarkan pengamatan BMKG terhadap suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik, La Nina telah berakhir pada Februari 2023.

Sepanjang periode Maret-April 2023, tambahnya, ENSO berada pada fase netral yang mengindikasikan tidak adanya gangguan iklim dari Samudra Pasifik.

Baca Juga: Intip 3 Shio yang Finansialnya Melejit di Bulan Juni 2023, Siap Menjadi Orang Sukses Nih!

Ia melanjutkan, ENSO Netral dengan peluang kurang dari 80 persen diprediksi mulai beralih menuju fase El Nino pada periode Juni 2023 dan akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat.

Sementara itu, gangguan iklim dari Samudra Hindia atau Indian Ocean Dipole (IOD) selama bulan Maret-April juga berada pada fase netral dan diprediksi akan beralih menuju fase IOD Positif mulai Juni 2023.

"Kombinasi dari fenomena El Nino dan IOD Positif yang diprediksi akan terjadi pada semester II 2023 tersebut dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode musim kemarau 2023," ucap Dwikorita dalam keterangannya, Kamis 8 Juni 2023.

Baca Juga: Harga Suzuki Jimny 5 Pintu Terbaru 2023, Beserta Spesifikasi, Fitur, dan Review Lengkapnya

Ia memaparkan, El Nino membuat SML di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur naik di atas kondisi normal.

Menurutnya, hal ini mengakibatkan potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia bergeser ke Samudra Pasifik tengah sehingga akan mengurangi curah hujan.

"Selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi juga akan berpotensi meningkatkan jumlah titik api, sehingga makin meningkatkan kondisi kerawanan untuk terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla)," ungkap Dwikorita.

Baca Juga: Jemaah Haji Selfie Berlebihan Depan Kabah Bisa Kena Hukuman Arab Saudi, PPIH: Fokus Ibadah Saja

Sebagian wilayah, sambungnya, diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori Bawah Normal atau lebih kering dari kondisi normalnya hingga mencapai hanya 20 mm per bulan, bahkan beberapa wilayah mengalami kondisi tidak ada hujan sama sekali (0 mm/bulan).

"Langkah-langkah strategis perlu dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi dampak lanjutan. Utamanya sektor-sektor yang sangat terdampak, seperti sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air," terangnya.

Dwikorita mengatakan, sejumlah langkah strategis yang bisa dilakukan yaitu dengan optimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air.

Baca Juga: Jarang Diketahui! Inilah 5 Arti Kedutan Mata Kanan Atas, Salah Satunya Akan Ada Kabar Baik yang Menghaliri

Waduk, bendungan, embung, dan sejenisnya menurut Dwikorita dapat dimanfaatkan untuk menyimpan air di sisa musim hujan guna mengurangi risiko kekurangan air.

"Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan," tuturnya.

Selain itu, ia berharap upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih digalakkan untuk mengantisipasi meningkatnya potensi karhutla, terutama wilayah atau provinsi yang rawan terjadi karhutla.

Baca Juga: Konsultasi Hukum: Ijazah Ditahan untuk Persyaratan Kerja, Apa yang Harus dilakukan?

"Upaya pencegahan harus lebih ditekankan dibandingkan pemadaman karena langkah ini lebih efektif untuk menghindari dampak yang luas. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam memahami pengelolaan hutan dan lahan," imbuh Dwikorita.***

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang dan TikTok @jurnalsoreang 

Editor: Yusup Supriatna

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler