Masih Takut Divaksinasi Covid-19? Simak Pengalaman Ariel Noah, Raffi Ahmad dan dr Reisa Berikut Ini

23 Januari 2021, 23:22 WIB
Tangkapan layar Live IG Raffi Ahmad dan Nagita Slavina bersama Ariel Noah dan dr Reisa Broto Asmoro /@raffinagita 1717

JURNAL SOREANG - Hampir dua pekan mendapatkan vaksinasi Covid-19, dua selebritis papan atas Raffi Ahmad dan Ariel Noah memastikan tidak ada efek samping berarti dari vaksin Sinovac yang disuntikan ke tubuh mereka.

Satu-satunya efek samping yang sama-sama dirasakan oleh Raffi dan Ariel adalah rasa kantuk pada hari pertama hingga kedua setelah disuntik vaksin.

"Saya tidak merasakan apa-apa, kecuali ngantuk di hari pertama dan kedua setelah divaksinasi" tutur Raffi saat menggelar siaran langsung di akun instagram @raffinagita1717, Sabtu 23 Januari 2021 petang.

Baca Juga: Facebook Luncurkan Fitur Aplikasi Kencan Daring Facebook Dating di 32 Negara, Begini Penjelasannya

Saat siaran berlangsung, sedikitnya 20.400 orang menyaksikan langsung obrolan antara Raffi yang didampingi istrinya Nagita Slavina, bersama Ariel dan Jubir Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro.

Namun saat ini, video live IG tersebut sudah dtercatat ditonton sebanyak 689.000 kali oleh warganet.

Saat Raffi berbicara soal kepala daerah yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah mendapatkan vaksinasi, Ariel unjuk bicara.

Baca Juga: Tips Dalam Menggunakan Fitur Aplikasi Kencan Daring

Menurut Ariel, ia pernah menanyakan hal itu kepada salah seorang ahli di tempat ia menerima vaksinasi di Bandung.

"Informasi yang saya dapat, orang yang baru saja divaksinasi pasti akan positif ketika dites antigen, karena memang ada virus mati yang disuntikan ke dalam tubuhnya," kata Ariel.

Sama seperti Raffi, Ariel sendiri mengaku tak mengalami efek samping apapun kecuali kantuk setelah divaksin.

Baca Juga: Hasil Babak Playoff M2 Mobile Legends: RRQ Hoshi Turun Ke Lower Bracket

Oleh karena itu, Ariel yang didukung penuh oleh Raffi, mengajak semua orang supaya tidak ragu apalagi takut menerima vaksinasi Covid-19.

"Kalau masih ragu-ragu ya tidak apa-apa sih, tetapi cari informasi dari yang valid dan memiliki bukti ilmiah. Jangan hanya katanya dan katanya, karena itu bisa bisa banyak versi," kata Ariel.

Hal itu dibenarkan oleh reisa yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini sudah beredar, tidak asal atau tiba-tiba jadi begitu saja.

Baca Juga: Gunakan Masker, Babinkantibmas: Harus Jadi Prioritas Saat Beraktivitas Masa Pandemi Covid-19, Ini Alasannya

Semua vaksin tersebut sudah melalui tahapan penelitian serta pengujian yang panjang dari mulai uji pra klinis sampai uji klinis sebanyak 3 tahap.

Meskipun demikian, Reisa menuturkan bahwa vaksin Sinovac yang saat ini digunakan dalam vaksinasi gelombang pertama, diproduksi dari virus yang sudah dimatikan.

Sedangkan vaksin lain seperti pfizer dan Moderna, diproduksi dengan menggunakan RNA virus yang dilemahkan.

Baca Juga: Bikin Geram, Guru Tetap Minta Siswanya Ikut PJJ Meski Si Anak Sedang Jalani Kemoterapi

"Itu teknologi baru, kalau sinovac teknologi yang sudah puluhan tahun, jadi kita lebih siap menerimanya," ujar Reisa.

Reisa pun membenarkan soal rapid tes antigen atau Swab PCR yang sebenarnya tak bisa membedakan virus korona dalam tubuh seseorang itu sudah mati (tidak aktif) atau masih aktif.

Soalnya tes PCR hanya menghitung jumlah virus yang terdeteksi dalam tubuh sehingga bisa memperkirakan tingkat penularan (virulensi)-nya.

Baca Juga: Sinopsis My lecturer My Husband Season 2, Hubungan Reza Rahadian dan Prilly Latuconsina Berlanjut

Oleh karena itu dalam tubuh orang yang baru saja divaksin, jelas akan terdeteksi ada virus korona, meskipun kondisinya sudah mati atau tidak aktif.

Namun kenyataanya, virus tersebut sudah mati, sehingga tidak menimbulkan gejala penyakit apapun.

Sementara itu soal orang-orang dalam kondisi tertentu yang belum bisa menerima vaksinasi, Reisa menegaskan bahwa itu bukan berarti mereka tidak bisa divaksin.

Baca Juga: Jenis Masker yang Tidak Direkomendasikan Dipakai Karena Tak Efektif Cegah Covid-19

Namun sejauh ini, uji klinis yang sudah dilakukan baru sebatas pada orang yang sehat.

Oleh karena itu, orang yang sedang sakit, memiliki penyakit bawaan, tensi darah tinggi, ibu hamil dan anak-anak, belum bisa menerima vaksinasi Covid-19.

Namun jika uji klinis terhadap kalangan tersebut sudah dilakukan, mereka pun nantinya akan bisa divaksin.

Baca Juga: Kades Tersandung Kasus Tipikor, Camat Pangalengan: Tingkatkan Pengawasan dan Pembinaan Secara Rutin

Sedangkan penyintas Covid-19 yang saat ini belum menjadi prioritas vaksinasi, juga bukan berarti mereka tidak boleh atau tidak bisa divaksin.

Namun mereka dinilai sudah memiliki antibodi yang cukup untuk melawan serangan virus korona sehingga vaksinasinya bisa ditunda.

Hal itu tak lepas dari keterbatasan jumlah vaksin yang ada saat ini.

Baca Juga: Ini Rekomendasi Fraksi PKS untuk Pemprov Jabar dalam Penanganan Covid-19

"Karena sekarang stok vaksinya masih terbtas, jadi prioritas untuk mereka yang belum pernah kena dan belum punya antibodi dulu," tutur Reisa.

Namun jika suplai vaksin yang sudah disiapkan pada 2021 sudah berdatangan kembali, bukan tidak mungkin para penyintas pun bisa mendapat vaksinasi gratis.***

Editor: Handri

Sumber: Instagram @bpptkg

Tags

Terkini

Terpopuler