Bahkan dalam satu musim migrasi, kata Suroso, bisa lebih dari ribuan burung berpindah tempat selama pergantian musim.
"Bisa mencapai ribuan dalam satu kali musim migrasi, hingga akhirnya mereka kembali lagi ke tempat asalnya yaitu di belahan bumi utara untuk berbiak. Fenomena ini sangat menarik untuk dipelajari, terutama bagi pemerhati dan kaum pelajar seperti mahasiswa dan pehobi." jelas Suroso.
Baca Juga: Link Nonton Live Streaming Leicester City vs Aston Villa. Diuntungkan Draw Everton vs Liverpool
Sementara itu, burung yang diamati oleh bicons adalah burung pemangsa bernama jenis Elang Sikep Madu Asia (Oriental Honey Buzzard) atau dengan nama ilmiah Pernis ptilorhynchus, serta burung Alap-alap yang berasal dari Jepang (Accipiter gularis) dan Alap-alap Cina (Accipiter soloensis).
Namun, dari fenomena alam tadi, Suroso berharap terkait perubahan lingkungan yang sangat drastis dari waktu ke waktu.
"Dulu pertama kali kita pengamatan disini (Gunung Batu), pada setiap tahun musim migrasi di awal bulan September di tahun 2010, masih sering ditemui burung migrasi yang lewat disini,terutama ketiga jenis burung tadi, namun seiring perubahan lingkungan akibat alih fungsi lahan dan perburuan burung yang semakin marak, mereka pun semakin sedikit yang teramati." keluhnya.
Baca Juga: Tak Benar, Pakai Kaus Kaki Saat Tidur Merusak Otak
Padahal, menurut Suroso dan pemerhati lainnya, burung merupakan indikasi baik buruknya suatu kondisi lingkungan. Karena itulah Suroso dan rekan-rekannya, melakukan pengamatan di setiap tahun migrasi di lokasi yang sama.
"Burung itu salah satu indikator dari baik buruknya suatu kondisi lingkungan, maka dari itu kita mengajak mereka yang peduli lingkungan, untuk mengamati fenomena burung migrasi untuk edukasi buat masyarkat." harapnya.***