Cek Fakta! Pa Sih Pentingnya Guru Agama bagi Seseorang? Ini Jawabannya

- 6 Februari 2023, 21:54 WIB
Ustadz Adi Hidayat yang merupakan penceramah dan guru agama bagi kaum Muslimin
Ustadz Adi Hidayat yang merupakan penceramah dan guru agama bagi kaum Muslimin /tangkapan layar dari YouTube Adi Hidayat Official

JURNAL SOREANG-Dalam beragama guru merupakan unsur yang tidak boleh hilang, karena dengan adanya guru kita dapat memahami benar atau tidaknya suatu perkara.

Seperti dalam kisah Syekh Hasan Hituo Hafidzahullah Suatu hari, tengah mengikuti salah satu pengajian Kitab yang ada di Jami’ Al-Azhar.

Di tengah-tengah pengajian itu, gurunya tiba-tiba bercerita :

Dulu, saat aku masih tahap belajar, aku pernah membaca Kitab terkait persoalan Mu’amalah (Transaksi). Aku mendapati teks yang cukup menggelitik di dalam Kitab itu :

Baca Juga: Nasehat Abah Guru Sekumpul Martapura Tentang Cara Mendidik Anak, Orangtua Harus Tahu!

ويحرم بيع برمبلول ببرمبلول

“Haram hukumnya, jual beli Barambalul dengan Barambalul”

Aku kesulitan memahami kalimah ini (Barambalul). Lantas aku buka kitab-kitab syarah yang ada, dan aku tidak mendapati satu pun penjelasan dan pemaparan dari Ulama’.

Tidak berhenti di sini, aku pun membuka kitab-kitab hasyiah. Dari sini juga aku tidak menjumpai satu pun dari Ulama yang menjelaskan maksud dari kalimah ini.

Aku hampir menganggap kitab-kitab yang telah aku buka ; dari Matan, Syarah, Hasyiah, dan Taqrirot adalah kitab yang sangat lemah dan tidak lengkap, karena penjelasan terkait kalimah ini tidak ada. Bahkan aku hampir menuduh buruk, bahwa ; jangan-jangan pengarangnya yang salah.

Baca Juga: 5 Tanda Guru Berkelas, Nomor 3 Sangat Jarang Loh!

Kemudian aku mencurigai akalku terlebih dahulu sebelum aku melayangkan tuduhan ke mereka. Pikirku, andai ada kesalahan dalam redaksi pengarang yang digunakan, pastinya paling tidak ada satu yang mengomentari dan sadar dari puluhan Ulama yang mensyarah kitab tersebut.

Maka bisa dipastikan mustahil, kalau mereka semua sepakat akan suatu kesalahan. Berarti, boleh jadi bukan pengarang yang salah, dan bukan pula kitab-kitab mereka yang kurang lengkap, tapi akal dan pemahamanku yang mungkin bermasalah.

Maka sejak itu, aku putuskan untuk menemui guruku dan menanyakan hal tersebut.

Baca Juga: Sampai Akhir Tahun 2022 Kesejahteraan Guru Masih Belum Membaik, Guru Honorer Diupah Hanya Rp500 Ribu Per Bulan

Dari perjumpaan itu, aku-pun di dawuhi :

“Wahai Anakku, tidaklah suatu ilmu yang dipelajari hanya dari Kitab -tanpa seorang guru, kecuali akan menyesatkan. Maka, ilmu harus dipelajari dari seorang guru, untuk memperjelas perkara-perkara yang samar, untuk men-taqyid perkara-perkara yang mutlak, untuk memperinci perkara-perkara yang universal, dan untuk menjelaskan perkara yang dikehendaki dari sebuah istilah”

“Andaikan hanya dengan kitab seseorang bisa mengambil ilmu -tanpa seorang guru yang menjelaskan-, tentu Allah tidak mengutus seorang Rasul untuk menjelaskan Kitab-Nya, tentu Allah tidak akan mengambil janji dari mereka-mereka yang diberikan Kitab untuk menyampaikannya ke orang-orang, dan tentu Allah juga tidak akan memasangkan kendali dari neraka bagi orang-orang yang diberi amanat ilmu tapi menyembunyikannya. Karena kitab-kitab ilmu dapat dikonsumsi oleh siapapun, baik yang jauh ataupun yang dekat, tapi tidak dengan ilmu”

Wahai Anakku, sesungguhnya redaksi yang benar adalah :

ويحرم بيع بر مبلول ببر مبلول

“Perkara ini tidak butuh pada Kitab-kitab Mu’jam, Kamus, Syarah, Hasyiah, melainkan butuh kepada rendah hati, seperti kerendahan hatimu yang mau bertanya kepadaku”.

Baca Juga: Alhamdulillah! Pemkab Bandung dan BAZNAS Kabupaten Bandung Salurkan Bantuan Sembako Buat Takmir dan Guru Ngaji

“Maka Demi Allah, anakku, sejak saat itu, aku tidak pernah lupa akan hikmah yang luar biasa itu.Aku teringat pesan Imam Syafi’i ; Tidaklah kesalahan seseorang ditertawakan, kecuali kebenaran akan tertancap dihatinya”.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Facebook


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x