MUTIARA HIKMAH: Ibadah Itu Nikmat, Ahli Maksiat Tidak Akan Merasakannya. Mengapa?

- 9 April 2022, 06:18 WIB
Ilustrasi doa yang nikmat bagi yang beriman
Ilustrasi doa yang nikmat bagi yang beriman /unsplash

JURNAL SOREANG – Ternyata tidak semua orang bisa merasakan nikmatnya beribadah. Ada yang merasakan nikmat beribadah dan ada yang tidak.

Berikut beberapa ungkapan mutiara hikmah tentang kenikmatan yang dirasakan oleh ahli ibadah.

Said bin Jubair berkata bahwa Masruq pernah menemuinya dan berkata, “Hai Sa’id, tidak ada lagi yang pantas diinginkan selain menempelkan wajah ke tanah (bersujud).”

Baca Juga: Hikmah Puasa Ramadhan Adalah Bentuk Kasih Sayang Allah Bersama Ustadz Zaidul Akbar

Ibrahim bin Adham berkata, “Andaikan para raja dan para pangeran mengetahui kegembiraan dan kenikmatan yang kita rasakan, niscaya mereka akan merampas apa yang kita rasakan dengan tebasan pedang.”

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata, “Kenikmatan yang dirasakan oleh ahli ibadah dengan ibadahnya lebih besar daripada kenikmatan yang dirasakan oleh ahli maksiat dengan kemaksiatannya. Dan andaikata tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin tinggal di dunia ini.”

Wuhaib bin Ward berkata bahwa ada sebuah ungkapan yang menyatakan, “Para ahli ibadah itu berlumuran dengan nikmatnya ibadah.”

Baca Juga: Hikmah Ramadhan: Meneladani Hindun Binti Utbah, Menghalau Abu Sufyan Untuk Mundur di Medan Perang

Karen itu kuatkanlah dirimu untuk mengarungi lautan dan melakukan perjalanan di padang pasir.”

Hasan berkata, “Carilah kenikmatan dalam tiga hal: Shalat, Al-Qur’an dan dzikir. Jika anda menemukannya, maka teruskanlah dan bergembiralah. Dan jika anda tidak menemukannya maka ketahuilah bahwa pintu anda tertutup.”

Wuhaib bin Ward pernah ditanya, “Bisakah orang yang ahli maksiat merasakan nikmatnya ibadah?” Ia menjawab, “Tidak. Bahkan orang yang memikirkan maksiat pun tidak bisa merasakannya.”.

Baca Juga: Khazanah Puasa Ramadhan: Hikmah Saum Para Nabi Bersama Prof KH Miftah Faridl, Simak Penjelasannya

Khalid bin Mi’dan berkata, “Jika pintu kebaikan dibukakan untuk anda, maka bergegaslah menuju ke sana. Karena anda tidak tahu kapan pintu itu akan tertutup.”

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Sesungguhnya hati memiliki gairah dan antusias, di samping juga memiliki kelesuan dan keengganan. Jadi, manfaatkanlah hati itu di saat bergairah dan antusias, dan biarkanlah ia di saat lesu dan enggan.”

Wahab bin Munabbih berkata, “Iman adalah komandan, amal adalah pengemudi, dan nafsu adalah kendaraan yang mogok.

Baca Juga: Khazanah Puasa Ramadhan: Hikmah Saum Para Nabi Bersama Prof KH Miftah Faridl, Simak Penjelasannya

Jika komandan sedang lesu, maka jalan akan buntu dan pengemudinya tidak bisa menjalankan kendaraannya dengan lurus.

Dan jika pengemudi sedang lesu, maka kendaraan itu akan mogok dan tidak mau mengikuti petunjuk sang komandan.

Tapi jika keduanya kompak dan bersatu, maka kendaraan itu akan berjalan lurus, dengan suka rela membantunya.”***

Editor: Sarnapi

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x