Dan pada saat berlalu, orang-orang beriman, orang-orang yang telah terlanjur jatuh cinta dengannya, orang-orang yang merasakan karunia dan keistimewaannya yang berlimpah, akan merasakan perpisahan yang menyedihkan.
Ini barangkali di antara persepsi yang perlu kita hadirkan, untuk lebih menghormati dan memaknai Ramadhan, dan agar kita lebih sadar bahwa hari-harinya yang hanya sebulan, tidak berlalu begitu saja, meninggalkan kita yang tetap merugi.
Apakah ia akan menjadi saksi bagi kita untuk sejumlah kebajikan, puasa, qiyamullail, tilawah Al Qur’an dan ibadah-ibadah yang tersedia di dalamnya? Belum tentu. Tergantung bagaimana kita memperlakukannya.
Ramadhan memang berkah. Namun, Ramadhan bisa menjadi saksi yang memberatkan di hadapan Allah. Dan itu bisa saja terjadi kalau kita hanya mengisinya dengan keburukan, maksiat, kelalaian, jauh dari ketaatan dan ibadah.
Ramadhan akan berpaling dan berlalu, membawa kesedihan yang sangat, saat menuju Allah. Di hadapan-Nya, Ramadhan akan menjadi hujjah atas keburukan-keburukan kita selama bersama hari-harinya yang penuh keistimewaan.
Menceritkan semua perilaku kita yang tidak pantas dan kelakuan kita yang tidak menghargai karunia kemuliaan.
Kita berharap menyadari hal ini, lalu memohon kepada Allah, semoga kita mampu memaksimalkan Ramadhan dan Allah menerima apa saja kebaikan yang kita lakukan di dalamnya. ***