JURNAL SOREANG – Kata Nabi dalam sebuah kajiannya, menerangkan tentang orang-orang yang dekat tempatnya dan dicintai Rosululloh di akhirat kelak.
Yakni mereka yang paling baik budi pekertinya yang baik Ahlaknya, Sebagaimana dikutip dari buku Manajemen diri Muslimah dalam tulisannya menjelaskan tentang akhlak.
“Akhlak dalam pengertian bahasa adalah kebiasaan atau watak. Sementara itu, dalam pengertian terminology akhlak didefinisikan sebagai, "kebiasaan, tabiat, atau watak di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa unsur rekayasa ataupun reka-reka."
Dapat kami katakan bahwa akhlak adalah tindakan tanpa rekayasa. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Bukhari dari 'Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, katanya ia mendengar Nabi saw. bersabda :
"Maukah aku beritahukan kepada kalian siapa di antara kalian yang paling aku cintai dan paling dekat tempat tinggalnya denganku kelak di hari kiamat?" Orang-orang diam membisu (tidak menjawab).
Rasulullah saw. mengulanginya lagi hingga dua atau tiga kali. Orang-orang pun menjawab, "Mau, wahai Rasulullah!" Beliau pun bersabda, "Yang paling baik budi pekertinya di antara kalian."
Mari Anda pilih sendiri rumah Anda di surga dengan mengukur dan meningkatkan kualitas akhlak dan budi pekerti Anda bersama kami dalam pembahasan berikut ini.
Lantunkanlah bersama kami firman Allah Swt., "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Q.S. Fussilat, 41:30).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdullah bin 'Umar r.a., tuturnya: Nabi saw. menghampiri seorang laki-laki yang sedang mencerca saudaranya yang pemalu sembari berkata :
"Kamu ini sok malu!" Seolah-olah, ia ingin mengatakan kepadanya bahwa malu membawa mudarat bagimu.
Rasulullah saw. pun menukas, "Biarkan dia, sesung guhnya malu termasuk sebagian dari iman." Dalam kasus ini, tabiat malu telah mengakar di dalam kedirian laki-laki.
kedua sehingga segala teguran pun tidak akan bermanfaat lagi baginya, meskipun seandainya tabiat ini berdampak negatif.
Nabi kemudian menjelaskan bahwa malu merupakan akhlak baik yang termasuk bagian dari keimanan.
Maka ia pun semakin antusias memanifestasikannya, meskipun harus kehilangan sedikit dunia.***