Perubahan ini sebagai bentuk toleransi untuk beberapa masyarakat di Papua yang beragama Islam yang dilarang memakan babi dalam keyakinannya.
Umumnya pesta bakar batu dilakukan suku pedalaman atau pegunungan. Setelah 1 jam hidangan di masak, para anggota suku berkumpul di tengah lapangan kemudian membagi makanan untuk di makan bersama. Sehingga dapat solidaritas kebersamaan rakyat Papua.***