Banyak Kalangan Nilai Waktu Shalat Subuh dan Shalat Isya Harus Dikoreksi, Sambut Keputusan Muhammadiyah

- 14 Maret 2021, 17:06 WIB
Jemaah Masjid Nuruh Huda yang sibuk memilih sayuran usai Sholat Subuh bersama BMT Amanah Indonesia,. Waktu shalat Subuh di Indonesia dinilai terlalu cepat.*
Jemaah Masjid Nuruh Huda yang sibuk memilih sayuran usai Sholat Subuh bersama BMT Amanah Indonesia,. Waktu shalat Subuh di Indonesia dinilai terlalu cepat.* /Foto : Kharisma Muhammadiyah/

JURNAL SOREANG- Adanya keputusan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah yang menambah waktu awal Shalat Subuh delapan menit disambut baik.

Hal itu disebabkan sudah ada penelitian masalah ini yang intinya waktu shalat khususnya Subuh dan Shalat Isya perlu dikoreksi karena diduga ada kesalahan dalam penentuan waktu ufuk.

"Namun, koreksi waktu shalat ini harus melibatkan berbagai unsur baik MUI, badan Hisab dan Rukyat (BHR), Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), maupun ormas-ormas Islam. Penentuan waktu shalat khususnya Subuh dan Isya perlu dikoreksi setelah adanya
berbagai penelitian baik di Arab Saudi maupun Indonesia," kata mantan Sekretaris Senat UIN Sunan Gunung Djati,.Prof. KH. Pupuh Fathurrahman, saat dihubungi Minggu 14 Maret 2021.

Baca Juga: Sah, Muhammadiyah Putuskan Awal Waktu Subuh Mundur 8 Menit, Ini Pertimbangannya

Dia mencontohkan hasil penelitian Islamic Science Research Network (ISRN) dari
Uhamka Jakarta yang menilai awal waktu Subuh terlalu cepat 28 menit, sedangkan
waktu shalat Isya terlambat 28 menit.

"Dikhawatirkan dengan waktu shalat saat ini membuat kaum Muslimin melaksanakan shalat Subuh sebelum waktunya atau tetap melaksanakan shalat Magrib, padahal sudah masuk waktu shalat Isya," katanya.

ISRN Uhamka sendiri, kata Pupuh, telah melakukan penelitian dengan menggunakan Sky Quality Meter (SQM) yang mengukur magnitudo.

Baca Juga: Solusi Pandemi Covid-19 Ada di Isra Mi'raj

"Alat ini untuk mengukur besaran yang menunjukan tingkat keterangan sebuah benda atau objek. ISRN juga
menggunakan All Sky Camera, sebuah kamera cembung yang dapat memotret 360
derajat," latanya.

Dari hasil penelitian tersebut, waktu fajar atau waktu Subuh ternyata terjadi pada rata-rata dip 12,9 derajat atau posisi Matahari berada di bawah ufuk pada posisi 12,9 derajat, Tapi, masyarakat Indonesia pada umumnya memulai azan Subuh saat posisi matahari masih di 20 derajat di bawah ufuk.

"Jadi waktu shalat Subuh di
Indonesia lebih cepat dan selisihnya sampai dip 7,1 derajat dengan 1 dip setara
4 menit sehingga waktu Subuh terlalu cepat 28 menit," katanya.

Baca Juga: Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW 1442 H Ajarkan Disiplin Lewat Salat

Sedangkan shalat Isya lebih lambat dari waktu seharusnya karena masyarakat pada
umumnya melantunkan azan saat posisi matahari berada di dip 18 derajat di bawah
ufuk.

"Padahal, seharusnya waktu Isya dimulai pada saat posisi Matahari berada di dip 11,1 derajat di bawah ufuk sehingga awal Isya terlalu lambat kira-kira sekitar 28
menit," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah