Lima Cara Ini Bisa Dicoba untuk Temukan Bakat Anak Saat Pandemi

18 November 2020, 13:34 WIB
Sejumlah anak di pengungsian Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang mengikuti pendampingan belajar yang diselenggarakan Komunitas Tim Pengajar Sekolah Darurat Merapi. Orangtua bwrupaya menemukan bakat anak apa pun konsisinya. //ANTARA//Heru Suyitno

JURNAL SOREANG- Tentu tak mudah menemukan lalu mengembangkan bakat anak. Apalagi di masa pandemi virus corona, Covid-19 yang  sudah berlangsung nyaris setahun di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Pandemi membuat seluruh aktivitas terhenti, termasuk aktivitas anak-anak mulai dari sekolah hingga kegiatan luar sekolah. Bahkan, perlombaan anak juga jarang digelar dan kalau pun ada juga jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Menurut Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, M.Psi, masa pandemi justru merupakan masa terbaik untuk menemukan dan merawat bakat serta minat anak-anak.

Baca Juga: Mahasiswi Ini Awalnya Iseng Ikut Lomba Eh Jadi Juara Nasional

"Mencari bakat anak adalah proses yang panjang. Masa pandemi seperti ini sebetulnya adalah waktu yang tepat untuk menemukan bakat anak-anak kita, pasalnya saat pandemi kita bisa mengamati anak dengan lebih leluasa," kata Vera seperti dikutip ANTARA, Rabu, 18 November 2020.

Meski demikian, Vera mengingatkan agar para orang tua ada sejumlah rambu-rambu dalam proses menemukan bakat anak. Inilah empat panduan menemukan bakat anak.

1.  Berhati-hati dalam menentukan bakat anak agar tak terjebak pada obsesi pribadi. "Hati-hati orang tua jangan rancu dengan obsesi pribadi. Misalnya ayah dan ibunya suka bola, lalu kita tentukan anaknya agar juga suka main sepak bola," kata Vera.

Baca Juga: Pandangan Pengamat Politik Dan Pemerintahan UI, Terkait Klarifikasi Anies

2. Hal  yang bisa dilakukan orang tua adalah mengamati minat anak-anak. "Sembari kita memperluas wawasan kita. Jangan sampai kalau anak punya minat pada sesuatu sudah kita matiin duluan karena kurangnya wawasan kita. Orang tua harus open minded," kata Vera.

3.Orang tua tidak terlalu terburu-buru menentukan bakat anak-anak pasalnya anak-anak senang mencoba segala hal dan masih dalam fase eksplorasi.

"Lihat dulu seberapa konsisten anak menyukai sesuatu. Biasanya bisa dilihat saat anak usia tiga tahun, dikenalin dulu dengan berbagai hal. Kalau sudah usia lima, enam atau tujuh konsisten menyukai sesuatu. Orang tua kemudian bisa mengarahkan untuk mendukung bakat tersebut," katanya.

Baca Juga: Kualifikasi Piala Dunia 2022: Kolombia Dibantai Ekuador 1-6, Brazil dan Argentina Menang

4. Orang tua juga tidak memberi beban kepada anak-anak dengan ekspektasi yang berlebihan apalagi memberokan target yang muluk.

5. Orangtua juga memberikan  dukungan dengan memberikan atensi, perhatian, apresiasi, serta senantiasa mendampingi anak saat mengalami masa-masa emosional.

Baca Juga: Anak-anak TK pun Ikuti Lomba Secara Virtual


"Orang tua harus jadi cheerleader terdepan. Utamanya kalau anak mengalami emosi di tengah-tengah menjalani bakatnya," kata dia.

Vera menyarankan agar orang tua tak langsung memberi solusi saat anak mengalami emosi. Sebaiknya dengarkan terlebih dahulu masalah yang dihadapi anak alih-alih langsung memberikan solusi.

"Kadang anak cuma butuh didengar dan dipahami. Setelah didengar, kadang solusi bisa muncul sendiri dari anak. Atau solusi bisa dicari berdua. Misal anak bosan melakukan latihan, dengarkan saja dulu keluhannya apa. Kadang nanti dia bilang 'ya sudah besok aku latihan lebih giat lagi'," kata dia.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler